SAYA sering mendengar kata “misionaris” sejak saya masih usia anak-anak. Berbagai berita mengagumkan tentang misionaris yang bekerja di tanah misi.
Sekarang ini,baru saya paham dengan jelas tentang misionaris dengan pengalaman perjalanan pelayanannya. Dan lebih jelas lagi menjadi misionaris hingga meninggal di tanah misi.
Siap sedia total
Hal utama yang membuat banyak orang terkesan yakni kesediaan total untuk meninggalkan tanah kelahiran, orangtua dan sanak-keluarga. Siap mengambil risiko berkenalan, berjuang, bergulat ditempat yang baru dalam tantangan hidup yang serba baru.
Di situasi dan lingkungan baru ini mereka dilahirkan kembali untuk mengenal budaya, bahasa, masyarakat, daerah, tradisi, suku, adat-istiadat yang baru. Intinya, semua hal serba baru dalam hidup mereka.
Menjadi misionaris bukan pilihan yang gampang, tetapi sebuah keputusan yang sulit namun mendalam penuh makna yang siap dijalankan.
Apa saja tantangan dan kebahagiaan dari seorang misionaris?
Almarhumah Sr. Flordeliza Sucoro Casiano lahir tanggal 29 Juli 1942 di Isabel Negros Occ, Filipina. Putri dari Bapak Jose Chavez dan Ibu Lucena Tato Hiponia. Terlahir dari keluarga Katolik yang setia dan taat beragama. Berkepribadian tegas dan disiplin.
Itulah kesan pertama ketika berjumpa dengannya dalam hidup bersama.
Sr. Flordeliza tiba di Indonesia 29 Maret 1984 dan menjadi Warga Negara Indonesia 20 Agsutus 1996.
Di sinilah ia berjumpa orang-orang baru dengan budaya yang baru. Medan pelayanan yang baru. Bahasa yang baru.
Kesiapan dan kesetiaannya dalam menunaikan tugas pengutusan ini menjadi menjadi kisah yang menarik dan menyimpan sejuta nilai yang berguna bagi SPC muda.
Suka duka misionaris
Diri pribadi adalah sebuah misi. Anda adalah sebuah misi, setiap orang adalah sebuah misi. Masing-masing dari kita adalah sebuah misi.
Sebenarnya, kita masing masing di utus untuk mewartakan yang baik dan berkenan bagi sesama. Perjalanan rohani kita di dunia ini menjadi lebih bermakna apabila kita mampu mengamalkan cinta kasih bagi sesama.
Menjadi seorang misionaris tidak luput dari tantangan dan penderitaan. Dari hal yang sepele sampai pada hal yang serius. Namun bagaimana kita menyikapinya.
Misionaris sampai tuntas
Suatu kebahagiaan tersendiri bagi saya sebagai suster SPC muda, tatkala bisa melihat banyak keberhasilan yang telah Sr. Flordeliza lakukan dalam hal yang kecil dan sederhana. Kini telah mencapai 36 tahun di tanah misi, 50 tahun hidup membiara.
Almarhumah terus berjuang memberi yang terbaik untuk kongregasi.
Peristiwa kepergian Sr. Flordeliza SPC menjadi sebuah momen perdana dan berharga bagi sejarah Kongregasi SPC Indonesia karena satu dari kurang lebih 10 orang suster misionaris dari Filipina yang mau hidup sampai akhir hayatnya berada di tanah misi.
Sungguh totalitas yang mendalam dari seorang misionari. Kesetiaan, percaya pada kuasa Tuhan serta gigih berjuang mejadi landasan yang kuat di setiap waktu hidup setiap hari.
Terima kasih suster.
Para suster SPC muda bangga melihat semangat hidup bermisimu. Semoga SPC muda memiliki keberanian sepertimu untuk bermisi sampai akhir hayat di tanah misi.