HARI Jumat (27/10) petang pukul 17.50 telah meninggal dunia Suster Paula MASF di RS Brayat Minulyo, Surakarta (Solo), Jawa Tengah, setelah beberapa lama menderita sakit kanker.
Meski almarhum menderita kanker sejak tahun 2005, demikian kesaksian salah seorang penggiat KBKK (Kelompok Bakti Kasih Kemanusiaan), namun Suster Paula MSAF justru sangat bersemangat member dukungan moral kepada setiap pasien kanker. Tahun lalu, misalnya, ada seorang pasien penderita kanker payudara kiriman dari Jakarta.Oleh Suster Paula MASF, pasien ini mendapatkan ‘suntikan’ semangat luar biasa hingga akhirnya mengalami perkembangan yang lebih baik.
Namun, Tuhan berkehendak lain: pasien penderita kanker payudara ini beberapa bulan lalu dipanggil Tuhan.
Nyopir truk
Meski didera sakit serius, demikian kesaksian seorang sahabat, almarhum Suster Paula MSAF masih terus bergiat mengembangkan Rumah Retret Bukit Rahmat di Samarinda, Kaltim. “Kebetulan Rumah Retret itu lokasi nya di dekat perusahaan tambang batubara dimana saya bekerja sehingga saya banyak tahu dari karyawan kami bagaimana Suster Paula berkarya,” tutur kawan KBKK ini.
“Saat mendirikan Rumah Retret itu banyak supir truk yang takut naik membawa batu-batu, karena lokasinya sulit dijangkau. Kalaupun mereka berani mereka minta bayaran tinggi sedangkan biaya pembangunan tidaklah besar. Untuk penghematan biaya kuli angkut dan supir truk, Sr Paula mengambil keputusan nyetir sendiri truk itu, juga membantu para tukang menurunkan batu,” kenang dia.
Bukit Rahmat sudah berdiri dan sudah banyak memberikan pelayanan kepada umat di sekitar Kalimantan Timur.
“Tahun lalu, Suster terlihat bersemangat membuat kolam ikan Lele dengan memanfaatkan lahan biara yang cukup luas itu. Kolam itu diisi 1000 benih Lele yang nantinya akan dijual dan hasilnya untuk biaya anak-anak panti Asuhan Karuna Putri, sebuah panti asuhan yang dikelola oleh Suster MASF,” kenang dia.
“Dalam keadaan sakit beliau tidak pernah mengasihani diri. Suster sangat sibuk, energiknya luar biasa, kalau saya ke Solo, beliau selalu mengajak mengunjungi orang-orang sakit kanker, menemui anak-anak beasiswa yg kurang mampu. Saya sendiri sangat kaget waktu pertama kali mengantar almarhum kenalan saya, karena Suster Paula MSAF sendiri yang menjemput di bandara, padahal beliau sendiri juga sakit kanker,” kenang seorang teman.
Menurut teman aktivis KBKK ini, ketika tahu dirinya kena penyakit kanker payudara tahun 2005, almarhum Suster Paula MASF –layaknya manusia pada umumnya– “Beliau sungguh sangat terpukul dan terpukul, karena tahu biaya untuk pengobatan ini pasti sangatlah besar.”
Almarhum Suster Paula MASF adalah putri asli Solo dan dari keluarganya, kata teman aktivis KBKK ini, “Beliau mendapat bakat dan ketajaman naluri bisnis yang luar biasa.”
“Juga keberanian untuk menempuh risiko, seperti nekad nyopirin truk ketika para sopir lain angkat tangan karena tak berani mengambil risiko bawa kendaraan besar berisi bongkahan batu dengan derajat kemiringan yang sedikit ekstrim di Samarinda,” kenang aktivis KBKK ini menjawab Sesawi.Net.
Ya ini suster yg mobilitasnya tinggi, kebetulan aku juga tinggal di Samarinda. Suster selamat jalan…doakan kami yg masih berziarah ini…