SELAMAT Jalan Mas Heri Siswanto.
Pada siang hari ini, aku dikejutkan oleh sebuah kabar duka. Mas Heri Siswanto telah dipanggil Tuhan. Padahal, baru beberapa pekan lalu, ia sempat mampir ke sebuah medsos ini untuk memberi apresiasi dan motivasi kepadaku dalam pesan pendeknya.
Sedih sekali rasanya.
Kabar duka ini seolah memperpanjang daftar teman-teman yang telah berpulang di tengah pandemik yang mengerikan ini.
Siapakah Mas Heri Siswanto?
Aku bertemu dengan Mas Heri pada bulan Mei 2002, ketika kami sama-sama bekerja sebagai guru di Sekolah High Scope di Jl. TB Simatupang, Jakarta Selatan.
Pada waktu itu, ia sudah terlebih dahulu bergabung sebagai seorang guru SD. Ia mengajar agama untuk murid Katolik.
Mas Heri adalah pribadi yang sangat ramah dan baik hati. Untuk berbicara dengannya, diperlukan banyak waktu karena dia selalu hadir sebagai teman bicara yang sangat menyenangkan.
Ia bersikap bijaksana mau mendengarkan dan berbicara dengan lawan bicaranya. Ketenangan dan kedewasaan yang ditunjukkannya adalah hasil dari pengolahan rohani secara intens yang pernah ia lakukan di Novisiat Jesuit di Girisonta yang pernah ia sambangi pada masa mudanya.
Pribadi sabar
Sebagai guru yang mengajar agama untuk anak-anak SD, ia terlihat begitu sabar dan tekun.
Ia hadir sebagai seorang ayah yang baik hati bagi para muridnya. Meski kelasnya begitu kecil, terletak dekat tangga, kelas itu sudah menjadi semacam rumah kedua bagi murid-muridnya.
Mas Heri sengaja memajang sejumlah gambar-gambar Yesus Kristus, Bunda Maria, dan beberapa orang kudus yang menarik di dalam ruangannya.
Ia juga kerap mengganti dan mengatur tempat duduk para siswa agar mereka tidak bosan.
Dan tentu saja, Mas Heri adalah seorang guru yang jago mendongeng.
Tidak ada alasan bagi mereka untuk tidak menyukai dan mengasihinya.
Hampir selama dua tahun, sepulang kerja, Mas Heri selalu mampir ke rumah kosku di Jl. Anuraga.
Ia selalu mengendarai skuter Korea yang dimilikinya. Mas Heri sangat menyukai skuter produksi Korea, karena menurutnya begitu kuat dan tidak boros bensin. Hal ini memang dapat dipahami, karena rumah Mas Heri waktu itu ada di sekitaran Serpong.
Sepulang kerja, ia pun tidak segera pulang ke rumah. Ia masih menjalankan bisnis MLM-nya dan tentu saja berlatih berbagai macam spiritualitas pada banyak guru.
Mas Heri adalah seorang pekerja keras.
Ia sadar bahwa menjadi guru di sebuah sekolah swasta di Jakarta tidak secara otomatis dapat menjamin kesejahteraan ekonomi keluarganya.
Pada tahun 2003, Mas Heri bercita-cita untuk dapat membeli rumah bagi anak-anak dan isterinya. Namun, ia butuh modal yang cukup besar.
Karena itu, ia mencoba untuk mempelajari MLM (Multi Level Marketing) sebuah jenis usaha yang dapat ia kerjakan di luar pekerjaan, tetapnya sebagai guru.
Namun, menjadi anggota beberapa MLM ternyata membutuhkan waktu senggang yang cukup banyak. Jatuh dan bangun ia mengupayakan hal ini.
Ia pernah merugi banyak, tetapi ia tidak pernah putus asa.
Sementara itu, dunia spiritual memang sudah memanggilnya sejak masa mudanya. Mas Heri pernah bercerita kepada saya mengenai pengalaman spiritual yang pernah ia alami di lingkungan keluarganya.
Meskipun mereka beragama Katolik, tetapi praktik hidup kejawen masih begitu kental mereka hidupi sehari-hari.
Ia mengakui bahwa ia memiliki indra keenam sejak kecil. Ia dapat mengetahui keberadaan arwah di suatu tempat.
Meski begitu, beliau tidak pernah jumawa. Ia selalu berupaya untuk mengolah dirinya dari waktu ke waktu dengan sejumlah pengetahuan baru yang disampaikan sejumlah suhu dan guru dari berbagai keyakinan dan agama.
Menurutnya, kehidupan spiritual adalah hal yang dimiliki oleh setiap orang. Karena itu, menghormati dan juga mempelajari kehidupan spiritual yang dimiliki oleh setiap orang adalah sarana yang memungkinkan orang untuk bersikap toleran dan penuh cinta.
Setelah lama tidak bersua, Mas Heri sudah dikenal publik sebagai seorang hipnotherapis yang kondang. Ia bahkan pernah menjadi seorang narasumber dalam sebuah acara reality show di sebuah televisi swasta selama beberapa tahun.
Past life regression
Ia tidak lagi menjadi seorang guru agama Katolik, profesi yang sebenarnya sungguh sangat ia cintai, namun ia memberi pelayanan penyembuhan jiwa dan spiritual kepada banyak orang.
Ia mengantar banyak orang untuk mengenali diri mereka di masa lalu melalui metode Past Life Regression agar mereka dapat tampil secara otentik dan tidak terkurung oleh berbagai penyesalan hidup.
Ia juga melakukan pelepasan terhadap mereka yang dikuasai oleh roh jahat selama bertahun-tahun.
Bersamaan dengan kelancaran profesi yang ia tekuni itu, ia pun sanggup mewujudkan impian bagi isteri dan anak-anaknya, yaitu membeli sebuah rumah.
Meski telah sukses sebagai seorang hipnotherapis, Mas Heri Siswanto ternyata tetap tidak dapat meninggalkan dunia pendidikan sepenuhnya.
Sejumlah status yang sempat ia tulis di Facebook selalu berkaitan erat dengan dunia edukasi yang pernah ia jalani selama bertahun-tahun.
Di dalam dirinya, panggilan hidup sebagai seorang guru itu ternyata tidak menghilang begitu saja.
Menurutku, hal inilah yang membuatnya selalu berjalan dalam rel yang lurus. Ia sangat mengimani Latihan Rohani Santo Ignasius di dalam kehidupan sehari-hari.
Ia bisa melakukan pembedaan roh dengan baik sehingga ia tidak silau dengan keberhasilan-keberhasilannya selama ini.
Terima kasih banyak Mas Heri Siswantom karena telah menjadi sahabat yang selalu menguatkan, kakak yang selalu memberikan apresiasi dan motivasi. Juga guru rohani yang selalu mengingatkanku untuk terus mengikuti cahaya Ilahi yang telah dititipkan Tuhan dalam diri kita masing-masing.
Itulah kehidupan yang sesungguhnya.
Requiescat in pace, Mas Heri.
Beristirahatlah dalam damai Tuhan. Doakan kami yang masih berziarah di dunia ini.