Home BERITA Ingat, Harta Berjibun Takkan Dibawa Mati

Ingat, Harta Berjibun Takkan Dibawa Mati

0
Ilustrasi: Memberi pelayanan Sakramen Pengurapan Orang Sakit oleh Pastor Frans MSC.

BAPERAN – BAcaan PERmenungan hariAN

Kamis, 1 Juli 2021

Tema: Lebih daripada sekedar permainan.

  • Bacaan Kej 22; 1-19.
  • Mat. 9: 1-8.

APA yang paling berharga. Harta?

Banyak harta tidak menjamin kebahagiaan. Tapi tidak punya harta juga susah.

Yang pasti, harta berjibun pun takkan dibawa mati.

Belum lagi bagaimana ia mendapatkannya. Label koruptor, tidak jujur akan terbawa sampai mati. Nama baik keluarga tercemar

Keluarga? Dari mereka itu, satu per satu akan meninggalkan kita. Entah dengan membangun keluarganya sendiri atau dipanggil Tuhan.

Ia bukan milik kita. Tetapi dalam kesementaraan waktu, ia disatukan dekat dan bersama dengan kita,  sejenak. Sendiri menghadapi kematian.

Sahabat? Sejenak memang menyenangkan. Ada kesepahaman, kecocokan. Tetapi bila sebaliknya, kerahasiaan pribadi bisa dijadikan berita.

Akhirnya, hidup ini harus berani sendiri. Sendiri bersama Tuhan. Semua yang di atas hanya sarana dan sementara. Tidak bisa dikuasai, dimiliki atau menemani selama-lamanya.

Alone with God.

Kesadaran saat lemah

“Romo, ada seorang ibu yang minta minyak suci dan didoakan,” kata awam aktivis.

Ibu itu sudah tiga bulan tergeletak tanpa daya.

Teringat, ibu ini dulunbya rajin ke gereja. Sejak pandemi, ia tidak kelihatan. Rupanya ia sakit.

Beberapa tahun, ia tinggal di rumah anaknya yang bukan Katolik. Dialah yang mengantar ibunya ke gereja setiap Minggu sebelum sakit.

Sebuah bakti anak yang mengagumkan. Solidaritas, toleransi dan kasih sejati dari seorang anak kepada ibunya. Hebat.

Anaknya itu pula yangminta romo datang. Ia tidak tahu apakah ada orang Katolik sekitarnya dan harus ke mana bisa minta doa untuk ibunya.

Saya melihat dan merasa ibu ini sungguh baik. Kendati kesadarannya menurun, ia berusaha membuka mata. Dari gerak bibirnya, ingin berbicara. 

Saya jongkok berbicara dekat telinganya.

“Mam, ini Romo. Kita berdoa ya Mam. Ikuti saja ya Mam. Mama akan diberi minyak suci dan hoti, Tubuh Yesus.”

Saya melihat tangannya bergerak; menatapku dan mengerutkan dahi.

“Mam, berdoa ya.”

Kami menyanyikan lagu Sucikanlah Tempat Ini.

Saya melihat Mama mencoba berusaha membuka matanya. Mulutnya bergerak ingin mengatakan sesuatu tetapi agak sulit.

Saya memberi Sakramen Minyak Suci. Lalu kami menyanyikan lagu Ave Ave Maria.

Mulutnya terkesan ingin juga melantunkan lagu. Ibu ini dahulu seorang aktivis.

Lalu saya memberikan Tubuh Kristus.

“Mam, buka mulutnya.”

Giginya terkatup rapat.

Ketika dibuka sedikit saya mendorong Tubuh Kristus. Seperempat bagian masuk. Gigi rapat lagi.

Berkali-kali saya ya minta ditelan; giginya tetap tak terkunci.

Saya minta anaknya untuk memberi sedikit air. Ketika ia meneguknya; gigi terbuka dan saya dorong Tubuh Kristus. Masuk setengah. Bibir terkatup lagi.

Kalau Tubuh Kristus tidak ditelan seutuhnya,  maka bagian yang tersisa harus dimakan oleh romonya sendiri.

Karena ini adalah Tubuh Suci Kristus.

Terus-menerus saya minta Mama menelan. Tim berdoa. Agak lama memang. Tetapi Tuhan baik.

Mulutnya terbuka dan pelan-pelan dia makan Tubuh Kristus sampai habis

Amin. Puji Tuhan. Sungguh luar biasa. Hatiku lega. Jiwa bersuka. Tuhan bertindak agar Tubuh-Nya disantap; menyatu sebagai makanan bagi hidup abadi.

Kami pun berdoa, menutup dengan lagu Tuhan adalah Gembalaku.

Yang kuingat dan kusyukuri kesadaran Mama ada. Ia melihat kami terus menerus.

Saya bisikan, “Tuhan Yesus mencintai Mama. Berdoa dalam hati ya. Romo ingat Mama, rajin ke dereja. Selalu duduk di depan, membawa tongkat. Makasih, Mama meminta doa dari Gereja.”

Gereja memberikan sakramen yang diperlukan untuk rencana Tuhan yang lebih baik bagi Mama.

Kami pun pulang. Sempat sejenak berbicara seandainya Mama mengalami sesuatu, apa yang harus dilakukan.

Keesokan harinya sekitar pukul 16.00 Mama telah dipanggil Tuhan. Ia meninggalkan dengan penyerahan dan kepasrahan.

Ia mengakhiri perjuangannya dengan iman sampai nafas terakhir.  Ia menyiapkan kematiaannya.

Indah sekali.

Hidup itu sebuah pertaruhan. Berkat iman, Abraham berkata, ” Tuhan menyediakan.” ay 14 a. Dan Yesus berkata, “Percayalah, hai anak-Ku, dosamu telah diampuni.” ay 2b.

Tuhan, hidupku adalah milik-Mu. Terimalah.

Amin.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version