Rabu, 1 Desember 2021
Yes. 25:25:6-10a.
Mzm. 23:1-6.
Mat. 15:29-37
MANUSIA adalah makhluk sosial. Karena itulah, kita selalu membutuhkan bantuan dari orang lain.
Namun tak semua orang memiliki kepekaan sosial terhadap hal-hal sekelilingnya.
Kemampuan seseorang untuk membantu juga didasarkan pada niat di dalam hati dan kemauan.
Oleh sebab itu, pentingnya empati dan kepedulian adalah kunci utama yang harus senantiasa dipegang.
“Jangan takut berbagi, jika kamu tulus memberi apa yang kamu punya. Kamu tidak akan pernah kekurangan,” kata seorang bapak.
“Semakin kita murah hati, semakin sang sumber kehidupan memberi apa yang kita perlukan,” lanjutnya.
“Namun semakin kita pelit apalagi rakus, semakin kita kekurangan dan berkat dari Tuhan menjauhi kita,” katanya.
“Inilah yang dialami kakak saya, waktu pembagian warisan keluarga dia sangat rakus, banyak aset dia kuasi, hingga yang lain mendapatkan warisan yang tidak adil,” ujarnya.
“Namun meski sudah dapat banyak, dia tetap merasa berkekurangan. Ia sekeluarga, seakan kena kutuk, hingga harta warisan ludes,” katanya.
“Sedangkan saudara yang lain, meski mendapatkan warisan tidak banyak, namun tetap bertahan bahkan bisa dikembangkan untuk kehidupan,” lanjutnya.
“Orang yang dikuasi oleh sikap rakus dan tamak hatinya tertutup hingga tidak peduli sesama bahkan saudara sendiri,” lanjutnya lagi.
“Kehidupan akhirnya adalah tentang saling mempedulikan. Semakin banyak kita berbagi dari diri kita sendiri, semakin banyak kejutan indah dalam perjalanan hidup kita,” kata bapak itu
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar.
“Lalu Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata: Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Aku tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, nanti mereka pingsan di jalan.”
Tuhan tidak mengenal batas dalam kebaikan-Nya, Ia tidak terbatas kuasa-Nya.
Ketika banyak orang menyimpan kekayaannya, Yesus menandai berkat Mesias-Nya dengan mengajak orang memperhatikan kekurangan orang lain dan membagi.
Tuhan Yesus tidak tega melihat orang banyak kelaparan. Ia membuat mukjizat penggandaan roti.
Tuhan selalu menghendaki umat-Nya berkecukupan, hidup sejahtera, serta bahagia lahir dan batin.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku hanya memikirkan kebutuhanku sendiri?