“Keesokan harinya bangunlah mereka itu pagi-pagi, lalu sujud menyembah di hadapan TUHAN; kemudian pulanglah mereka ke rumahnya di Rama. Ketika Elkana bersetubuh dengan Hana, isterinya, TUHAN ingat kepadanya.” (1 Sam 1, 19)
MINGGU kemaren saya misa di St. Yoseph. Saya bertemu dengan anak kecil yang bertugas sebagai putri altar. Wajah anak ini rasanya tidak asing, tetapi namanya saya tidak ingat sama sekali. Setelah selesai misa, anak ini menemui saya dan memberi salam serta menyebutkan namanya. Sebaliknya, anak inipun rupanya tidak ingat nama saya. Di rumah, anak ini bercerita sama mamanya bahwa dirinya bertemu dengan romo yang berkacamata dan rambutnya putih di gereja. Romo yang dulu pernah ikut ziarah.
Setiap orang mempunyai kemampuan untuk mengingat banyak hal, entah orang, barang atau peristiwa. Daya ingat setiap orang rupanya berbeda-beda. Ada orang yang daya ingatnya lemah: tidak mudah mengingat nama, tidak ingat jumlah perhiasannya dan dimana hal itu disimpan. Bahkan ada orang yang daya ingatnya tiba-tiba hilang sama sekali. Orang-orang yang menjadi anggota keluarganya pun tidak diingatnya lagi. Namun ada juga orang yang daya ingatnya kuat. Dia bisa ingat apa saja yang pernah terjadi, apa yang telah didengar dan dilihat, apa yang telah diberitahukan atau diajarkan.
Orang sering merasa senang dan bangga, kalau namanya masih diingat orang lain. Sebaliknya, orang sering merasa kecewa bahwa dirinya sudah tidak diingat oleh orang lain. Menjadi orang yang terlupakan adalah pengalaman tidak enak.
Manusia bisa mengingat. Tuhan pun mengingat manusia, seperti Dia mengingat Hana, seorang wanita yang berdoa cukup lama dengan mulut komat-kamit. Dalam doanya, Hana mencurahkan semua kegelisahannya, harapannya, keprihatinannya, sampai-sampai dikira sedang mabuk. Tuhan mengingat doa Hana dan mengabulkannya dengan memberikan seorang anak.
Dalam hal apa Tuhan mengingat diriku? Pernahkah diriku menjadi orang yang terlupakan? Teman-teman selamat pagi dan selamat berkarya. Berkah Dalem.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)
