BAPERAN-BAcaan PERmenungan hariAN
Rabu, 16 Maret 2022.
Tema: Sampai Akhir.
Bacaan.
- Yer. 18: 18-20.
- Mt. 20: 17-28.
“MO, doakan ya, saya ingin jadi perawat. Saya ingin merawat orang-orang sakit. Terutama dan terpenting adalah orangtuaku sendiri.”
“Kenapa tidak menjadi dokter sekalian?”
“Biaya tidak mencukupi. Pendidikan lama dan biaya besar. Perawat paling lama empat tahun. Langsung bisa bekerja sekaligus meringankan orangtua. Masih ada lima adik, Mo.”
“Yakin akan pilihanmu?”
“Yakinlah, Romo.”
“Dulu kamu ingin menjadi seorang suster biarawati. Apakah semangat sama itu masih membara di hatimu?”
“Iya masih, Mo. Tapi ada kebutuhan mendesak. Soal keluarga. Saya harus lebih banyak merawat orangtua. Saya harus mencari penghasilan. Kalau nanti Tuhan memanggil, saya juga sudah tidak ragu. Saya anak pertama dan harus membantu orangtua dulu. Umur saya juga masih muda.”
Beberapa tahun kemudian ketika dia lulus, ia mulai ragu kembali. Apakah mau merawat orangtua sambil bekerja atau dia pergi keluar negeri, melaksanakan pekerjaan home care, dengan penghasilan yang cukup besar.
“Mo, saya bingung lagi. Rupanya tidak hanya kesehatan orangtua, tetapi juga ekonomi. Saya punya adik yang bisa merawat orangtua juga. Masalahnya sekarang ekonomi yang mulai perlu diperhatikan.”
“Rencanamu apa?”
“Selamat di pendidikan, saya selalu membuka wawasan dan informasi. Rupanya bidang perawatan juga dibutuhkan di luar negeri. Kebetulan kakak angkatan saya sudah bekerja di sana. Ia bisa membantu kalau saya mau. Gaji cukup. Bahkan kalau mau bekerja keras dan agak irit bisa menabung untuk orangtua.”
“Sudah bilang ke orangtua?”
“Sudah Romo.”
“Tanggapannya?”
“Mereka menyerahkan keputusannya pada saya.”
“Masih adakah kekhawatiran kesehatan orangtuamu?
“Tidak sih Mo. Adik bisa menangani. Toh selama saya kuliah di luar kota, adik yang praktis merawat orangtua.”
“Kalau ditinggal lama dan kamu bekerja di luar negeri?”
“Rasanya nggak apa-apa Romo. Demi ekonomi keluarga. Adik-adik saya membutuhkan biaya untuk sekolah lebih lanjut. Dan itu tidak mungkin dari orangtua.”
“Saya kira itu ide yang baik.”
Ia memutuskan bekerja di luar negeri. Baru 10 tahun kemudian, ia pulang ke rumah orangtuanya. Hasil tabungannya bisa membantu pendidikan adik-adiknya dan keperluan keluarga.
Semua bahagia.
“Wah dah banyak dirimu berubah. Apa tantanganmu terberat di sana?”
“Segala-galanya dikerjakan sendiri, Romo. Tingkat stres tinggi. Harus serba cepat. Untung saya dilatih untuk tangguh; tidak gampang menyerah. Satu motif yang membuat saya kuat adalah kebutuhan orangtua. Maka saya sangat irit, disiplin.
Saya aktif di paroki di sana. Mereka sangat bangga karena saya terlibat dan sangat membantu. Kadang-kadang saya mendapat tambahan. Bukan itu yang saya pikirkan. Tapi memang di sana begitu. Apa pun kegiatan setelah usai pekerjaan, saya pasti membantu
Pergaulan saya pun cukup banyak dan mengenal banyak orang pula.
Sesuai dengan profesi, saya melibatkan diri dalam kunjungan, perhatian dan perawatan khusus kepada orang-orang tua. Saya anggap orangtua sendiri. Juga aktif di lektor, koor, dan doa rosario.”
“Tidak mungkinkah tinggal di Indonesia?”
“Mungkin aja Mo. Saya ingin suatu saat mengajak keluarga saya ke sana. Dan juga masih serius memelihara rasa panggilan itu, Mo.”
“Syukurlah.”
“Barang siapa ingin menjadi besar di antara kamu,hendaklah ia menjadi pelayanmu.” ay 26.
Tuhan, tuntunlah jalanku. Amin