Renungan Harian
Sabtu, 28 Agustus 2021
PW. St. Agustinus, Uskup dan Pujangga Gereja
Bacaan I: 1Tes. 4: 9-11
Injil: Mat. 25: 14-30
“JANGAN pernah takut salah, jangan takut dikritik maupun dicela, jangan takut jatuh. Belajar dan berjuanglah, setiap ada kesempatan ambillah, bahkan kalau perlu mencari kesempatan untuk terus belajar dan bekerja,” seorang bapak memberikan nasihat dalam sebuah perjumpaan dengan orang muda di paroki.
“Saya sering kali berandai-andai. Kalau saja, waktu itu saya berani untuk belajar, mungkin saya sekarang menjadi orang luar biasa. Pada masa itu, saya punya banyak kesempatan belajar dan mengembangkan diri namun semua itu saya lewatkan.
Saya sadar betul, saat itu bukannya saya bisa dan tidak mampu untuk belajar banyak hal. Tetapi persoalannya, saya tidak mau.
Saya dididik oleh orangtua saya, khususnya bapak saya untuk menjadi anak yang hebat. Maka entah bagaimana, saya merasa harus menjadi yang paling hebat. Saya harus selalu menjadi yang pertama.
Saya ingat persis, setiap kali aku menerima rapot atau habis ulangan, pertanyaan bapak adalah saya ranking berapa atau saya dapat nilai berapa.
Bapak nampak tidak puas, kalau saya tidak menjadi yang terbaik. Beberapa kali saya pernah ikut perlombaan, dan ketika saya tidak menjadi juara satu, bapak selalu berkomentar agak sinis.
Bahkan pernah bapak mengatakan bahwa lebih baik saya tidak ikut lomba kalau tidak bisa juara satu.
Tanpa sadar tertanam dalam diri saya bahwa apa yang aku lakukan haruslah sempurna. Akibatnya, aku sering menjadi ragu dan sering menolak kesempatan. Berbagai tawaran yang bila diterima tapi saya tidak mampu menjadi yang terbaik, maka pasti saya tolak. Apalagi tawaran-tawaran yang sifatnya kecil tidak menjadikan saya nampak hebat sudah pasti langsung saya tolak.
Berkali-kali banyak orang membujuk saya untuk belajar terlibat dalam berbagai kegiatan yang berguna untuk perkembangan diri saya, tetapi saya selalu menolak.
Perasaan selalu muncul dalam diriku adalah aku takut tidak bisa menjadi yang terbaik, tidak menjadi juara, takut kalah dan takut gagal.
Akibatnya saya tidak pernah berani untuk mencoba dan belajar hal baru.
Sering saya ditanya, kalau boleh mengulang hidup saya, bagian mana dari hidup saya yang ingin diulang, maka jawaban saya adalah saya ingin mengulang kembali seluruh perjalanan hidup saya.
Saya ingin orang berani; menjadi orang yang tidak takut kalah dan tidak takut gagal.
Saya ingin menjadi orang berani berjuang apa pun dengan memanfaatkan kesempatan yang ada atau bahkan mencari kesempatan.
Aku ingin menjadi orang yang tidak takut dikritik maupun dicela. Tetapi semua itu tidak akan mungkin, sehingga yang tersisa hanyalah penyesalan, “ bapak itu mensyeringkan pengalamannya.
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Matius: ”Karena setiap orang yang mempunyai, akan diberi sampai ia berkelimpahan, tetapi siapa yang tidak punya, apapun yang ada padanya akan diambil”.
Bagaimana dengan aku?
Apakah aku termasuk orang yang berani untuk mengembangkan diri?