Mrk 4: 26-34.
Rekan-rekan yang budiman,
Pada hari Minggu Biasa XI Tahun B ini dibacakan Injil Markus 4:26-34. Pada ayat 26-32 ditampilkan dua perumpamaan Yesus mengenai Kerajaan Allah. Kemudian pada ayat 33-34 didapati amatan dari penulis Injil tentang pemahaman perumpamaan (ayat 33-34).
Marilah kita dalami petikan kali ini mulai dengan pokok ketiga. Karena di situlah kunci memahami perumpamaan:
- (Ayat 33) “Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu (maksudnya. perumpamaan mengenai Kerajaan Allah) Ia memberitakan firman kepada mereka (orang banyak) sesuai dengan kemampuan mereka untuk mengerti.
- (Ayat 34) dan tanpa perumpamaan, Ia tidak berkata-kata kepada mereka. Tetapi kepada murid-murid-Nya, Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri.”
Memahami perumpamaan tidak gampang. Butuh penjelasan dan upaya untuk mengerti dan menghidupinya. Catatan yang diberikan Markus “sesuai dengan kemampuan mereka untuk mengerti” seperti pada ayat 33 amat berharga.
Tidak diandaikan orang mengerti begitu saja. Tidak juga dikatakan, bila belum mengerti maka kurang mampu. Pengajaran Yesus mengenai Kerajaan Allah dipahami sesuai dengan kemampuan orang untuk menerima warta-Nya. Ini memberi semangat. Warta Kerajaan Allah tak akan habis-habisnya didalami.
Ini termasuk Kabar Gembira juga.
Ayat selanjutnya, yakni ayat 24, ditegaskan dua hal.
Pertama, Yesus hanyalah berbicara dengan perumpamaan. Begitu maka warta-Nya tentang Kerajaan Allah dapat terus dipikirkan, dipelajari lebih jauh, dihayati dengan kemampuan masing-masing.
Ini bagi orang banyak. Tetapi kepada murid-murid-Nya, seperti pada akhir ayat 34, diberikan penjelasan secara tersendiri. Apa itu penjelasan tersendiri tidaklah dapat diterka, tapi dapat diperkirakan bahwa para murid dibimbing lebih jauh untuk mengerti apa itu Kerajaan Allah sehingga nanti mereka dapat menjadi tuntunan orang banyak.
Satu hal baik disadari. Pembaca, kita sekarang, tidak perlu merasa termasuk “murid-murid-Nya” yang bakal menerima penjelasan tersendiri. Kita malah akan lebih mendapat manfaat, bila merasa bagian dari orang banyak yang mendengar perumpamaan Yesus yang berusaha sebisanya memahami-Nya.
Perumpamaan tentang benih yang tumbuh
Perumpamaan pertama (ayat 26-29) mengumpamakan Kerajaan Allah sebagai benih yang tumbuh di tanah. Penaburnya tidak mengawal terus, tetapi membiarkan tanah dan benih bekerja sama sehingga benih itu menjadi tunas dan tumbuh terus.
Kiranya Yesus hendak mengajarkan bahwa Yang Mahakuasa membiarkan Kerajaan Allah bertunas dengan kekuatan yang ada padanya sendiri sebagai benih dan bertumbuh dalam lahan yang ada, yakni manusia yang berkehendak baik. Inilah sikap leluasa Yang Mahakuasa. Tidak mengharuskan. Tidak mewajibkan. Tetapi meluangkan kemerdekaan bagi inisiatif manusia guna mengembangkan benih Kerajaan Allah. Dengan demikian manusia tanah bagi benih– menjadi berharga di hadapan-Nya.
Disebutkan juga bahwa penabur benih tidak tahu apa yang terjadi bagaimana bumi menghasilkan buah (ayat 27-28). Begitulah Sang Mahakuasa. Ia tidak menjadi pengawas, tetapi menunggu sampai buahnya masak dan menuainya. Begitulah yang terjadi dengan Kerajaan Allah dalam perumpamaan ini.
Boleh jadi para pemimpin umat dapat menarik hikmat dari perumpamaan ini. Benih Kerajaan Allah itu memiliki daya bertumbuh. Bila ini dikenali, maka benih itu akan semakin bertumbuh dan akan berbuah pada waktunya.
Perumpamaan tentang biji sesawi
Perumpamaan kedua (ayat 30-32) mengumpamakan Kerajaan Allah sebagai biji sesawi – biji yang paling kecil daripada segala jenis benih di bumi (ayat 31). Tetapi bila biji sekecil ini akan menjadi lebih besar dari segala tetumbuhan dan mengeluarkan cabang-cabang besar tempat burung-burung bersarang dan bernaung (ayat 32).
Begitulah kiranya daya yang ada pada Kerajaan Allah. Pada awalnya kecil sekecil-kecilnya, namun bila ditaburkan maka akan bertumbuh besar.
Seperti pada perumpamaan pertama di atas, kekuatan yang ada pada Kerajaan Allah patut dibiarkan tumbuh dengan sendirinya. Yang hendak diajarkan perumpamaan ini kiranya sikap terbuka agar itu terjadi.
Dari siapa? Dari tanah. Dari manusia. Dari orang yang percaya akan kekuatan Kerajaan Allah.
Memang pertumbuhan benih dan biji Kerajaan Allah penuh misteri yang tak habis dimengerti; bahkan oleh penaburnya sendiri. Juga bagi Yang Mahakuasa sendiri. Ia tak mengetahui mengapa benih bertumbuh – memang itulah yang diharapkannya. Dan tentunya, Ia gembira bila terjadi. Ia juga tidak menyuruh agar biji dalam perumpamaan kedua menjadi besar. Tetapi biji itu sendiri yang bertumbuh.
Hikmatnya?
Apa hikmat kedua perumpamaan mengenai Kerajaan Allah itu?
Kiranya bukan pertama-tama pada pertumbuhan dan menjadi besar, melainkan pada kepercayaan yang diberikan Yang Mahakuasa kepada benih dan biji agar bisa berkembang dengan apa yang ada pada dirinya sendiri.
Tetapi juga ada ajakan bagi tanah –yakni manusia tempat Kerajaan Allah disemaikan– agar memungkinkannya bertumbuh menjadi besar.
Salam hangat,
A. Gianto