Home BERITA Injil Minggu Biasa XVIII/B 4 Agustus 2009 – Makanan yang Menghidupkan

Injil Minggu Biasa XVIII/B 4 Agustus 2009 – Makanan yang Menghidupkan

1
Roti dan ikan dipecah-pecahkan dan dibagikan -- Yesus memberi makan pada kerumunan orang by stpetersnewman
  • Yoh 6:1-15

PADA awal Injil Minggu Biasa XVIII tahun B kali ini: Yoh 6:24-35 disebutkan demikian. Yakni, bagaimana orang banyak yang telah mendapatkan makan dari Yesus (lihat Injil Minggu sebelum ini: Yoh 6:1-15) mencari-Nya di Kapernaum. Mereka menemukan Dia di pantai seberang. Seperti dikisahkan pada akhir Injil Minggu lalu, mereka adalah orang-orang yang ingin menjadikan-Nya raja, tetapi Yesus justru menyingkir dari mereka.

Kini terjadi percakapan antara mereka dengan Yesus. Di sini menjadi jelas apa yang sebetulnya diinginkan orang-orang itu, sekaligus juga dijernihkan apa yang sebaiknya mereka jangkau. Dan mengapa demikian.

Ketika orang banyak mendapati Yesus di seberang danau (disebut “laut”), mereka bertanya kepada-Nya kapan Ia tiba di sini. Orang-orang itu begitu tertarik dan bahkan ingin mengangkat-Nya sebagai pemimpin. Maka, mereka tak habis mengerti mengapa justru Yesus pergi menghindar.

Oleh karena itu mereka mencari-Nya. Kini mereka menemukan-Nya di tempat lain. Yesus menjawab keheranan mereka. Dengan mengatakan bahwa yang mereka cari ialah orang yang memberi makan mereka, bukan Dia yang membawakan “tanda-tanda”.

Dalam Injil Yohanes, tindakan-tindakan Yesus yang membuat orang terkesan, disampaikan sebagai “tanda”. Begitulah pemberian makan bagi orang banyak yang dikisahkan dalam Yoh 6:1-5 kini dibicarakan sebagai tanda, bukan sebagai mukjizat atau sebagai kegiatan amal belaka.

Ilustrasi.

Tanda menghadirkan kenyataan

Tanda menghadirkan kenyataan atau pesan yang bukan tanda itu sendiri.

Dalam hal Yesus memberi makan orang banyak, yang hendak disampaikan bukanlah terutama kebesaran hati atau kedermawanan atau kekuasaannya, atau mukjizat. Melainkan tanda mengingatkan pengalaman nenek moyang mereka diberi makan oleh Allah Tuhan mereka selama mereka berjalan di padang gurun menuju ke Tanah Terjanji (lihat Keluaran 16).

Dalam ungkapan iman umat Perjanjian Lama, pemberian makanan dalam ujud manna dari langit ini ditampilkan sebagai cara Tuhan tetap menyertai umat yang telah dibawa-Nya keluar dari tempat perbudakan di Mesir. Juga umat yang telah dipimpin-Nya berjalan ke tempat yang disediakan-Nya bagi mereka.

Pemberian makan orang banyak oleh Yesus hendak menampilkan kembali pengalaman umat Perjanjian Lama ini. Namun mereka belum dapat melihat Dia sebagai utusan dari Allah yang hendak menyertai mereka; juga kali ini.

Dalam peristiwa memberi makan orang banyak, Yesus juga ditampilkan bukan saja pembawa manna surgawi, melainkan kenyataan Tuhan menyertai mereka. Dialah makanan yang menopang orang dalam perjalanan menuju tempat yang dijanjikan.

Inilah yang dimaksud dengan “tanda” dalam petikan Injil kali ini.

Ilustrasi – Bangsa Israel keluar dari zaman perbudakan di Mesir dan kembali ke Tanah Terjanji. (Ist)

Orang banyak yang menemui Yesus kali itu diajak menimba kekayaan pengalaman iman leluhur mereka dan mempercayai tindakan ilahi yang kini sedang mereka alami. Kini Bapa yang ada di surga memberi kehidupan kepada umat dalam ujud kedatangan Yesus di tengah-tengah mereka.

Namun mereka belum menyadarinya. Mereka baru melihat Yesus sebagai tokoh masyarakat sebagai yang membela kepentingan mereka, sebagai orang yang diharapkan bisa berbicara demi kebutuhan mereka.

Semua ini bagus dan terpuji. Namun bukan ke arah itulah Yesus tampil di tengah-tengah umat. Ia tampil sebagai kenyataan hadirnya Yang Ilahi di tengah umat untuk membawa mereka ke akhir perjalanan.

Inilah kehidupan yang dibawakan-Nya kepada orang banyak.

Memang umat Perjanjian Lama tahu bahwa dahulu kala Tuhan menghidupi umat dengan makanan dari langit; dengan manna. Tapi tidak mudah bagi mereka melihat serta menyadari bahwa peristiwa manna itu bukan semata-mata tindakan ilahi dahulu kala; yang diceritakan kembali turun temurun dan dikeramatkan. Melainkan masih berlangsung sekarang ini juga.

Masalah iman bagi umat ketika itu ialah ketidakmampuan menyadari bahwa iman itu hidup, bukan sekadar ingatan yang dikeramatkan.

Bagi orang zaman sekarang, juga bagi orang yang tidak turun-temurun menghayati kisah pemberian manna, petikan Injil kali ini tetap bisa bermanfaat.

Diajarkan agar orang membiarkan iman menjadi bagian kehidupan, bahkan menjadi cara untuk menjalankan hal-hal yang dikehendaki Yang Maha Kuasa.

Salam,
A. Gianto

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version