Hari ini, Gereja mewartakan ajaran Yesus yang menyempurnakan hukum Perjanjian Lama (Matius 5: 17). Minimal empat kali Yesus bersabda, “Tetapi Aku berkata kepadamu …” (Matius 5: 18.22.32.34).
Apa makna ungkapan itu?
Yesus tidak menghapus hukum lama, melainkan mengajak orang masuk ke dalam inti atau jiwa dari hukum Kerajaan Surga. Tidak cukup orang sekadar menaati hukum yang tertulis. Yesus memanggil orang memasuki hidup baru yang utuh dalam Kerajaan Surga.
Lewat ajaran-Nya tentang tiga hukum menyangkut pembunuhan, perzinahan, dan doa (persembahan), Yesus mengajak orang mengubah batin demi membangun kebenaran.
Agar bisa masuk ke dalam Kerajaan Surga, hidup keagamaan para murid-Nya harus lebih benar daripada yang dilakukan para ahli Taurat dan orang Farisi (Matius 5: 20).
Pembunuhan dan perzinahan disikapi bukan pada aksinya, melainkan ketika masih berada dalam hati sebagai benih.
Marah, mencaci maki, dan menghina harus dikendalikan, karena bisa berkembang menjadi pembunuhan (Matius 5: 22). Berdamai dengan saudara tidak kalah penting dibanding persembahan kepada Tuhan (Matius 5: 23-26).
Memandang wanita dengan penuh nafsu keinginan yang menjadi benih perzinahan harus diwaspadai. Mata dan tangan berfungsi mempermudah hidup manusia. Bukan untuk mencelakakan!
Larangan membunuh dan berzinah tidak secara ketat diterapkan hanya pada tindakannya. Itu mesti menjadi alat untuk menguji (“examine”) dinamika internal batin dan perilaku eksternal yang tampak.
Salah satu aspek radikal dari ajaran Yesus adalah internalisasi (pembatinan) hukum-hukum itu. Dengan demikian, bukan hanya perilakunya yang harus dikendalikan, tetapi juga kecenderungan dan emosi yang berada di baliknya.
Bergerak dari tindakan di luar ke orientasi di dalam; dari pembunuhan ke kemarahan dan dari perzinahan ke nafsu.
Selamat berhari Minggu.
Minggu, 12 Februari 2023