“Akan tetapi, ketika orang Yahudi melihat orang banyak itu, penuhlah mereka dengan iri hati dan sambil menghujat, mereka membantah apa yang dikatakan oleh Paulus.” (Kis 13, 45)
IRIHATI, menghujat dan saling membantah merupakan warna di dalam kehidupan bersama. Kenyataan ini nampak jelas dalam sikap dan perilaku banyak tokoh politis dan pejabat negeri ini, seperti tertulis dalam banyak berita yang tersebar di dalam medsos.
Iri hati muncul dalam diri seseorang, ketika dirinya tidak mampu menyamai keberhasilan atau sukses yang dicapai orang lain. Hujatan mudah keluar dari mulut seseorang, ketika dirinya dikuasai oleh dendam dan kebencian. Mereka melihat orang lain bukan dari kelebihan dan aspek yang positif, tetapi dari kekurangan dan kelemahan. Hujatan terwujud dalam kata-kata yang kasar, kotor dan rasis untuk menjatuhkan orang lain.
Saling membantah pun sering terjadi, ketika seseorang berusaha membela dirinya dari tuduhan atau serangan orang lain. Orang berusaha untuk menunjukkan bahwa dirinya benar sedangkan pendapat atau kata-kata orang lain adalah salah. Orang berusaha menunjukkan data dan fakta untuk membenarkan dirinya, sekalipun data atau fakta itu keliru dan tidak berlaku. Saling membantah akan menggiring banyak orang pada diskusi yang berkepanjangan atau debat kusir.
Suasana seperti ini tidak hanya terjadi dalam kehidupan umat beriman awal, tetapi juga bisa terjadi dalam kehidupan umat beriman pada jaman ini. Irihati, saling menghujat dan membantah yang terjadi dalam kehidupan politis bisa mempengaruhi hidup seseorang di dalam keluarga, komunitas atau kelompok umat lainnya.
Bagaimana caranya untuk menjadi gembala yang baik dalam situasi kehidupan semacam ini? Teman-teman selamat pagi dan selamat berhari Minggu. Berkah Dalem.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)