Puncta 29 Maret 2024
Jum’at Agung; Wafat Tuhan
Yohanes 18: 1- 19:42
CHAIRIL ANWAR adalah pelopor sastra angkatan 45. Ia lahir di Medan pada 22 Juli 1922. Ia dikenal dengan karya-karya sastranya yang berupa puisi.
Kendati ia seorang Muslim, namun permenungannya tentang kematian Yesus sangat mendalam dan tajam mengena. Salah satu puisinya berjudul ISA yang ditulis pada 12 November 1943.
ISA
(kepada Nasrani sejati)
Itu Tubuh
mengucur darah
mengucur darah
rubuh
patah
mendampar tanya: aku salah?
kulihat Tubuh mengucur darah
aku berkaca dalam darah
terbayang terang di mata masa
bertukar rupa ini segara
mengatup luka
aku bersuka
Itu Tubuh
mengucur darah
mengucur darah
Chairil Anwar menggambarkan kematian Nabi Isa atau Yesus Kristus yang menumpahkan darah bagi keselamatan umat manusia. Kematian Yesus terjadi untuk menanggung dosa-dosa manusia.
Nabi Yesaya telah menubuatkan penderitaan Yesus jauh berabad-abad sebelumnya. Ia menulis tentang Hamba Yahwe yang menderita. Yesaya menulis, “Laksana sebuah taruk, Hamba Yahwe tumbuh di hadapan Tuhan, dan bagaikan tunas ia muncul dari tanah kersang.”
Keadaan-Nya digambarkan Yesaya dengan keburukan. “Ia tidak tampan, dan semarak pun tidak ada padanya. Kita tidak tertarik untuk memandang dia. Keindahan pun tidak ada padanya.”
Hamba Yahwe itu seorang yang sangat menderita karena hinaan, cemoohan, dan “disingkang-singkang.” Yesaya berkata, “Ia dihina dan dihindari orang, dia seorang yang penuh kesengsaraan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia.”
Dia menanggung semua itu karena dosa dan kesalahan kita. “Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kitalah yang dipikulnya,” kata sang nabi.
Yesus yang wafat di kayu salib itu menanggung dosa dan kesalahan kita. Karena derita-Nya, kita semua selamat dan terbebas dari perbudakan dosa.
Ke Blabak beli tahu kupat,
Sepiring dimakan berempat.
Tuhan Yesus telah wafat,
Agar kita semua selamat.
Cawas, kematian yang menyelamatkan
Rm. A. Joko Purwanto Pr