JARAK tempuh Kotamobago dengan Kota Manado sungguh tida dekat, melainkan butuh waktu sedikitnya empat jam perjalanan darat. Namun, terhadap kendala jarak tempuh dan waktu yang sedemikian lama agar bisa sampai tepat waktu di pusat Kota Nyiur Melambai ini, ratusan anggota OMK Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) sama sekali tidak pernah mengeluh.
Yang ada hanyalah sukacita dan rasa ini sungguh menggema sangat kencang dari dalam dada mereka, sesaat setelah memasuki Lapangan Koni Sario. Dari Lapangan Koni Sario inilah seluruh kontingen peserta IYD ke-2 akan memulai aksi parade mereka berdefile menyusuri jalan-jalan utama di Kota Manado untuk akhirnya ‘berlabuh bersama’ di Stadion Olahraga Klabat, sekitar 2,5 km jauhnya dari Lapangan Koni Sario.
Sukacita massal
Gegap gempita sekaligus hingar bingar atmosfer sukan ribuan OMK di Lapangan Koni Sario tidak hanya milik OMK KAJ. Melainkan seluruh kontingen yang berasal dari 37 Keuskupan di Indonesia plus satu kontingen asing utusan dari Keuskupan Agung Kota Kinabalu, Negeri Sabah, Malaysia Timur, yang membawa 25 peserta ‘luar biasa’ untuk mengikuti perhelantan iman skala nasional di kalangan OMK Indonesia ini.
Masing-masing kontingen memasuki arena Lapangan Koni Sario dengan perasaan sukacita. Utamanya, setelah mereka masing-masing mengalami keramahan dan kebaikan keluarga-keluarga di tengah masyarakat Manado yang majemuk, namun toh bersedia menerima mereka dengan tangan terbuka. Belum lagi kalau harus disebut, banyak keluarga yang menjadi ‘tuan rumah’ peserta live in ini malah membawa peserta OMK ini pergi rekreasi mengunjungi kawasan wisata, sekadar mengurangi ‘rasa bersalah’ sebagai tuan rumah yang baik dan ingin menyenangkah hati para tetamunya.
Memang menjadi ‘salah arah’ keluar dari ‘rel’ maksud dan tujuan live in itu sendiri. Namun, ya sudahlah, memang inilah citarasa sukacita Injil yang ingin ditunjukan warga masyarakat Manado kepada para tetamunya yang datang dari seluruh pelosok negeri Nusantara dan Negeri Sabah di Malaysia Timur. Tak enak membiarkan tetamunya hanya di rumah atau mengikuti irama kerja mereka, maka lebih baik dibawa sedikit ‘pesiar’ melihat keindahan kota Manado.
Mendung menggantang di langit
Mendung sangat tebal menghiasi langit Kota Manado sejak pagi. Kecemasan akut melanda siapa saja di Manado. Para Uskup tentu saja ikut gelisah, apalagi semua pihak yang menjadi anggota Panitia IYD ke-2 di Manado ini, termasuk semua peserta kontingen dari berbagai Keuskupan di Indonesia dan Malaysia.
Semua orang tahu betul, program acara defile atau parade setiap kontingen Keuskupan akan dimulai langkah awalnya dari Lapangan Koni di Sario. Tidak ada tribun beratapkan ‘alas pelindung’ dari matahari dan hujan, kecuali hanya di tataran bangku-bangku VIP. Selebihnya ini adalah kawasan terbuka yang beralaskan rumput dan beratapkan langit; langsung tanpa ‘separasi’ apa pun berupa tribun atau terpal pelindung dari ancaman hujan dan sengatan matahari.
Semangat muda disertai sukacita Injil yang telah direguk dari tengah masyarakat Manado tak urung membuat segala kecemasan di kalangan panitia itu tidak merembet ke kalangan kontingen OMK. Yang ada hanyalah teriakan yel-yel sukacita mengikuti IYD ke-2 di Manado.
Awan mendung tipis masih menggantang di langit, ketika setiap kontingen peserta IYD dari Keuskupan mulai memasuki lapangan. Sejam sebelumnya hujan deras masih membasahi Manado dan di beberapa titik di pusat kota mengalami kemacetan luar biasa.
Hujan deras yang membasahi Pineleng dan sekitarnya sedikit ikut membuat ciut para peserta IYD dan panitia lokal terdiri dari para volunteer OMK setempat. Mereka mencemaskan satu hal: hujan deras sama artinya rencana defile bisa berantakan alias tidak akan bisa berlangsung tertib dan teratur sebagaimana mereka desain sebelumnya.
Mendung tebal pergi
Bagaimana akan bisa berdefile menyusuri jalanan kota sepanjang 2,5 km di Kota Manado, kalau mau masuk lapangan saja baju mereka sudah kusut dan basah oleh kucuran hujan?
Namun, entah mengapa perlahan-lahan awan tebal yang menggantung di pusat kota Manado mulai beringsut ‘pergi menjauh’ dari kawasan Lapangan Koni di Sario. Ketika tiba waktunya defile akan dimulai, atmosfer yang terjadi di lapangan itu benar-benar ‘menggila’ oleh luapan kegembiraan ribuan peserta IYD.
Langit mulai terang, meski mendung tipis masih tergantung di langit. Tidak ada lagi terik panas matahari, melainkan semilir angin membuat semua peserta bernafas lebih lega: tidak ada hujan, maka defile pun segera bisa digelar.
Dan memang benar, sepanjang hampir dua jam pelepasan rombongan defile meninggalkan Lapangan Koni di Sario, hujan tidak pernah menyentuh tanah Kota Manado dan Stadion Olahraga Klabat yang akan menjadi venue untuk misa pembukaan IYD.
Tuhan berkuasa atas alam semesta
Saat memberi sambutan singkat di hadapan ribuan manusia yang memenuhi setiap sudut stadion utama di Kota Manado ini, Romo Terry Ponomban Pr –imam diosesan Keuskupan Manado yang menjadi Direktur Program Acara IYD ke-2 Manado ini—menyapa sekalian audiens peserta misa pembukaan IYD ke-2 di Manado ini dengan sebuah pidato ringkas tentang ‘pengalaman iman’ yang terjadi sehari itu di Kota Manado.
Sepanjang pagi hingga siang pukul 13.00, kawasan Manado masih diguyur hujan secara tidak merata. Menjelang persiapan acara defile, hujan berhenti total meski langgit masih mendung.
Atas fenomena alam yang ‘istimewa’ ini, Romo Terry Ponomban –salah satu pendiri Kelompok Bakti Kasih Kemanusiaan (KBKK)—hanya berujar pendek. “Inilah bukti bahwa Tuhan memang berkuasa atas alam. Tidak ada hujan. Biasa diandaikan kalau sungguh terjadi hujan, maka sudah bisa dibayangkan bagaimana acara sepanjang hari ini …,” kata Romo Terry Ponomban.
Awal defile terjadi di lapangan terbuka. Misa pembukan IYD juga berlangsung di lapangan terbuka dimana ribuan peserta IYD harus rela duduk di lapangan rumput beratapkan langit bebas. Kalau hujan sungguh jadi turun, tak bisa dibayangkan kisah ceritanya.
Tuhan berkarya sungguh nyata di acara Indonesian Youth Day ke-2 di Kota Manado ini. Inilah salah satu sukacita Injil yang dialami oleh ribuan peserta IYD sepanjang defile dan akhirnya saat misa pembukaan dan program-program lanjutannya sejak petang hingga lewat ganti hari.
Ikut menjadi saksi atas sukacita Injil berupa Tuhan berkuasa atas langit dan bumi ini adalah 20-an ribu umat katolik Manado yang mengikuti misa pembukaan di atas bangku-bangku tribun Stadion Olahraga Klabat di pusat Kota Manado.
Pengalaman merasakan sukacita Injil di perhelatan pembukaan IYD ke-2 ini adalah Tuhan berkuasa atas langit dan bumi.