Puncta 29 Januari 2025
Rabu Biasa III
Markus 4:1-20
INDONESIA adalah negara agraris. Sayangnya, kita masih harus mengimpor bahan-bahan pokok. Perkembangan jumlah penduduk menuntut adanya tempat-tempat permukiman.
Akibatnya lahan-lahan subur diubah menjadi perumahan. Tanah subur malah ditanami semen-semen untuk bangunan.
Kabupaten Klaten yang terkenal dengan daerah pertanian, dalam dekade terakhir kehilangan kira-kira 43,5 hektar lahan untuk pembangunan perumahan, pabrik, jalan tol. Daerah yang dulunya penopang kehidupan, kini sering mengalami kekeringan dan gagal panen.
Ancaman petani tidak hanya burung, semak-semak duri, dan kekeringan, tetapi juga kebijakan pembangunan. Dulu tanah subur ditanami padi, kini banyak lahan ditanami semen dan baja-baja besi.
Yesus menceritakan perumpamaan tentang penabur benih yang keluar untuk menabur. Ada empat kondisi yang dikisahkan.
- Pertama, tanah di pinggir jalan, benih yang ditabur dimakan burung.
- Kedua, tanah berbatu, dimana benih tidak berakar dan layu.
- Ketiga, tanah bersemak duri, benih dihimpit oleh duri-duri dan mati.
- Terakhir tanah yang subur, di mana benih bisa bertumbuh dengan baik. Ada yang tiga puluh, enam puluh dan seratus kali lipat.
Perumpamaan ini mau menggambarkan bagaimana sikap kita menanggapi sabda Tuhan. Orang yang tipis imannya akan mudah tercabut oleh hambatan dan godaan sehingga imannya tidak tumbuh.
Orang yang menangapi dan melaksanakan Firman Allah diibaratkan seperti tanah yang subur yang menghasilkan buah yang berlipat ganda.
Tanah macam apakah diri kita ini? Apakah kita bisa menghasilkan buah yang berlipat ganda?
Benih padi tumbuh di rerumputan,
Dimakan burung gelatik dan burung elang.
Tuhan menaburkan benih iman,
Jaga dan peliharalah agar benih itu berkembang.
Wonogiri, jadilah tanah yang subur
Rm. A. Joko Purwanto, Pr