Jalan Kasih

1
Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku by Vatican News

Selasa, 25 Juni 2024

2Raj 19:9b-11.14-21.31-35a.36. Mzm 48:2-3a.3b-4.10-11.
Mat 7:6.12-14.

DALAM kebudayaan China ada satu pepatah yang mengatakan: “Hiduplah menurut namamu”. Pepatah ini dapat diperluas lagi: “Hiduplah menurut statusmu”.

Misalnya, jika kamu seorang ayah, jadilah ayah yang baik; jika kamu seorang ibu, jadilah ibu yang baik; jika kamu seorang anak, jadilah anak yang baik, dan seterusnya.

Hidup di dunia ini hanya berjalan satu kali saja dan apa yang kita lakukan akan menjadi jejak kehidupan yang melekat dalam sejarah hidup kita. “Saya hanya ingin anak-anakku tidak membawa kepahitanku,” kata seorang bapak.

“Aku tidak membalas perlakuan adikku dengan kebencian sebaliknya dengan mengalah dan mencari jalan damai. Apa pun yang terjadi, adikku ya adikku, dengan semua tindakan yang menyakitiku tidak akan menghilangkan hubungan darah di antara kami.

Saya hanya ingin menjalani hidup ini dengan penuh kebaikan bersamanya sehingga meninggalkan kesan yang positif dan baik siapa pun khususnya bagi anak-anakku dan anak-anak adikku,” tuturnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh Hukum Taurat dan Kitab Para Nabi. Karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.”

Tuhan Yesus menyerukan kepada kita, untuk memperlakukan orang lain dengan kasih yang sejati. Ini bukan sekadar tentang menghindari berbuat jahat terhadap orang lain, tetapi aktif dalam melakukan kebaikan, pengertian, dan belas kasihan kepada mereka. Untuk itu, kita semestinya memperlakukan orang lain dengan cara yang kita harapkan mereka perlakukan kepada kita.

Ini menegaskan pentingnya konsistensi dalam perilaku kita terhadap orang lain dan memastikan bahwa kita tidak memperlakukan orang lain secara berbeda dari cara kita ingin diperlakukan. Prinsip ini menantang egoisme dan sifat-sifat yang hanya mementingkan diri sendiri.

Tuhan mengajarkan untuk memperhatikan kebutuhan dan kepentingan orang lain dengan cara yang sama seperti kita memperhatikan kebutuhan dan kepentingan kita sendiri.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku melakukan apa yang aku harapkan orang lain lakukan padaku?

1 COMMENT

  1. Tidak cukup dengan berdoa tetapi bagaimana perilaku baik dan benar kepada orang lain.
    terima kasih pencerahannya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version