MENDUNG sangat tebal telah menggantung kuat di atas langit Kota Khatulistiwa Pontianak, Ibukota Provinsi Kalbar.
Sejak beberapa hari terakhir di awal bulan Juli 2018 ini, hujan sudah sangat sering mengguyur Kota Pontianak dan sekitarnya. Kadang hanya terjadi gerimis-gerimis kecil, namun acap kali hujan deras juga membasahi bumi Khatulistiwa ini.
Mendung tebal, gerimis, dan apalagi hujan deras sungguh akan menjadi mimpi buruk. Tidak hanya bagi panitia, tapi juga bagi segenap peserta Jambore Nasional Serikat Kepausan Anak dan Remaja Misioner Indonesia (Jamnas SEKAMI) yang hari-hari ini tengah berlangsung di Keuskupan Agung Pontianak, 3-6 Juli 2018 ini.
Jambore Nasional SEKAMI 2018: Mgr. Agustinus Agus Menyapa Hangat Peserta (1)
Marching band dan tarian Pelangi Nusantara
Mendung tebal itu masih menggantung kuat di atas langit waktu pagi hari Selasa tanggal 3 Juni 2018 –hari pertama dan saat pembukaan Jamnas SEKAMI 2018. Gerimis kecil malah sudah terjadi, ketika prosesi awal pembukaan telah mengisi panggung utama di kompleks Persekolahan Bruder Maria tak Bernoda (MTB) di belakang Gereja St. Yoseph Katedral Pontianak.
Penampilan kelompok marching band yang mengisi menu acara pembukaan sudah menikmati guyuran hujan gerimis itu. Namun, ribuan peserta Jamnas SEKAMI 2018 tak beringsut sedikit pun dari kursi maupun lokasi di mana mereka duduk atau berdiri.
Selain para peserta, raturan supporter acara ini juga telah menyesaki sudut-sudut dan lorong-lorong gang sekolah. Di situ ada kerumunan para suster lintas kongregasi: SFIC, KFS, SMFA, PRR, dan lainnya.
Di panggung utama yang berupa lapangan terbuka, kelompok marching band masih bersemangat beraksi mempertontonkan permainan mereka bermain musik dengan genderang, timpani, dan lainnya.
Hujan gerimis mulai membesar. Sejumlah fotografer mulai sedikit ‘panik’ dengan kondisi alam yang tidak bersahabat ini. Ratusan penari massal yang berdiri di balik panggung utama juga mulai sedikit gelisah dengan kondisi cuaca yang ditandai dengan mendung tebal dan gerimis kuat.
Hujan berhenti
Ketika rombongan para uskup dan pejabat lokal di tingkat Provinsi Kalbar mulai datang ke panggung kehormatan, hujan gerimis itu malah semakin menjadi-jadi.
Tapi entah bagaimana, titik-titik air hujan dari udara itu tiba-tiba berhenti total, ketika rombongan para Uskup dan segenap pemangku kepentingan Jamnas SEKAMI 2018 mulai duduk manis di kursi di lokasi mereka ditempatkan.
Barulah kemudian, antuasiasme segenap peserta Jamnas SEKAMI 2018 mulai meletup kencang dengan tampilnya serombongan penari sejumlah 175 orang.
Tarian Pelangi Nusantara
Melalui tampilan kreasi seni bertitel Tarian Pelangi Nusantara, ke-175 penari itu mau menggambarkan inilah “wajah” Indonesia sejati yang ditandai dengan pluralitas budaya, bahasa, agama, dan sistem tata nilai.
Pun begitu pula “wajah” Gereja Katolik Indonesia juga ditandai dengan kebhinekaannya yang sama.
Pembukaan resmi Jambore Nasional SEKAMI 2018 akhirnya dapat berlangsung dengan amat lancar berkat ‘keperkasaan’ Tuhan di atas sana.
Mendung tebal mulai hilang dari langit. Ketika semua tampilan muncul di panggung utama, yang ada hanyalah pekikan sukacita, rasa tenang, dan antuasiasme tinggi segenap peserta dan ‘penonton’ untuk mendukung terselenggaranya Jambore Nasional SEKAMI 2018 di Keuskupan Pontianak ini.
Tuhan berkuasa atas alam
Sr. Laura SFIC selaku penanggungjawab Kantor Sekretariat Panitia Jamnas SEKAMI 2018 ini tak kuasa menyembunyikan kegelisahannya ketika mendung-mendung tebal itu masih menggantung kuat di atas langit. Namun, ketika mendung dan hujan itu akhirnya pergi entah kemana, ia beringsut mulai ceria.
“Mosok Tuhan tidak sayang sama kita-kita di sini. Ada ribuan orang ingin menyaksikan acara pembukaan Jamnas SEKAMI 2018 di lapangan terbuka. Doa kami hanya satu: ‘Tuhan singkirkanlah barang sejenak mendung tebal dan gerimis hujan saat ini.’ Dan ternyata doa itu terkabulkan dan ‘mukijizat’ alam itu sungguh ada dan nyata,” terangnya.
Pada akhirnya memang harus dikatakan bahwa Tuhan senantiasa perkasa dan menunjukkan kuasanya atas alam semesta. Sejak sore itu hingga malam hari, mendung dan hujan tidak ada lagi di atas langit Pontianak. (Berlanjut)