MENJELANG Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) 2018, SMPN 3 Bantul Yogyakarta melakukan doa bersama sesuai dengan keyakinan agamanya masing-masing. Sementara, para murid Katolik dan Kristen di hari Jumat, 13 April 2018 lalu, memilih bergabung bersama untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
Tempat yang dipilih adalah pemancingan Mbalong Opak Bantul Yogyakarta. Acara ini dipandu langsung oleh penulis dan Damas, mahasiswa Prodi Magister Ilmu Religi dan Budaya USD Yogyakarta.
Pesta prestasi siswa
Kepala Sekolah SMPN 3 Bantul, Windarti M.Pd, sangat senang dengan kegiatan kerohanian para siswanya yang beragama Kristen dan Katolik ini. “Anak-anak yang terkasih, melalui kegiatan ini, kalian sungguh-sungguh mendapat semangat baru dan enjoy dalam mempersiapkan diri untuk mengikuti UNBK yang akan datang,” katanya.
“Saya percaya melalui kegiatan wisata rohani ini pastikan bahwa dukungan dari dewan guru dan orang tua menguatkan dan meneguhkan kalian dalam mempersiapkan UNBK yang akan datang,” tambah Ibu Kepsek yang baru menjabat tiga bulan di sekolah ini.
“Sebenarnya kalian harus tahu dan sadar bahwa selama tiga tahun di SMP sudah sungguh siap dengan baik, namun saat ini secara spiritual, kita menimba kekuatan dari Allah agar segala impian dan perjuangan kita direstui oleh-Nya,” tandasnya.
Nasehat Windarti ini mendapat tepuk tangan meriah dari siswa dan dewan guru yang hadir saat itu. Ketika menutup sambutannya, ia berpesan anggaplah UNBK tahun ini sebagai pesta prestasi siswa. Karena itu, kita tidak boleh takut dan stres, tetapi dibuat hepi tiap hari.
Nasehatnya ini menjadi pesan terakhir sebelum pamit undur dari tempat kegiatan tersebut. Selanjutnya panitia mempersilakan kami untuk memandu acara ini dari awal sampai berakhir dengan penuh meriah, gembira, dan mendalam.
Pencerahan hidup
Neni S.Pd selaku guru agama Katolik di sekolah tersebut ikut menjelaskan bahwa kegiatan ini secara khusus diisi dengan program berdoa bagi murid kelas IX untuk menyongsong UNBK yang akan datang. Intinya, agar diberi kelancaran semua peserta didik kami di SMPN 3 Bantul menjalaninya.
“Karena masih ada dalam suasana Paskah, maka kelas VII dan VIII kami libatkan hadir dan mendukung persiapan ujian untuk kakak-kakak tingkatnya,” kata Neni.
Oleh karena itu, gawe ini dibuat sekalian saja.
Sedangkan Lidia selaku guru IPA mengatakan, kegiatan kerohanian ini merupakan kesepakatan guru-guru agama Katolik dan Kristen. Sengaja diadakan bersama di rumah siswa biar semakin akrab dengan orangtua mereka.
Menurut alumnus Universitas Sanata Dharma (USD) 1988 ini, sebenarnya di sekolah setiap hari Jumat –30 menit sebelum pelajaran dimulai– masing-masing siswa dengan keyakinannya mendapatkan ‘siraman rohani’ ibadat singkat atau kegiatan doa bersama.
Demikian isi sharing bu guru dengan kemampuan menyanyi yang hebat ini dengan mantap.
Menurut ungkapan beberapa guru yang hadir saat itu, hubungan para murid dan guru di SMPN 3 itu berjalan sangat harmonis dalam relasi keseharian satu sama lain. Kepala sekolah non Kristiani sangat senang dan mendukung bila mereka melakukan kegiatan rohani berupa rekoleksi, retret atau ziarah.
Kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar, karena siswa dan guru terlebih dahulu mengumpulkan dana dan tentu saja ada juga sumbangan dari sekolah.
Tatik Bintarti, guru agama Kristen yang sudah mengabdi 20 tahun di sekolah tersebut, merasa enjoy dan senang dengan kualitas siswa-siswi Katolik dan Kristen. “Kami memang minoritas, namun berkualitas,” ungkapnya.
“Karena dari 700 siswa yang ada, kami hanya berjumlah 45 siswa beragama Katolik dan Kristen serta 12 guru yang beriman sama justru mempunyai peran yang sangat kuat dalam membangun relasi dengan siapa saja yang ada di sekolah kami,” ujarnya mantap.
UNBK jadi momok
Mengakhiri ibadat Paskahan bersama, panitia meminta orangtua murid kelas IX, untuk mengambil tempat yang telah disediakan. Kemudian, masing-masing siswa datang kepada orangtuanya memohon doa dan restu mereka. Airmata tak terbendung lagi, seolah-olah kekuatan doa orangtua juga menentu nasib anaknya dalam menentukan kesuksesan UN yang akan datang.
Damas, anggota tim pencerahan menggugat mengapa UN selalu menjadi momok bagi anak anak sekarang? Mengapa hanya 4 bidang studi saja yang diujikan? Mengapa hanya keempat mapel tersebut yang lebih unggul?
Masih banyak pertanyaan ungkapan kegelisahannya untuk mengkaji soal standarisasi UN ditentukan oleh otoritas kurikulum pusat.
YB Budiyono Tarogo SPd ikut senang karena sebenarnya banyak metode untuk pencerahan bagi siswanya. Kalau sampai menangis depan orangtua itu artinya kedekatan dan dukungan orangtua menjadi bagian dalam mendukung cita-cita anaknya.
Di akhir penutup acara yang super kreatif ini disuguhkan bermacam-macam menu. Semua guru, siswa dan orang tua yang hadir ikut bergembira dalam kebersamaan tersebut.
Selamat buat SMPN 3 Bantul Yogyakarta dan terimalah yel-yel yang menjadi pemicu dalam kegiatan pencerahan ini.
“SMPN 3 Bantul, yes… yes.. yes! Good… good… good. Joss… joss… joss.”