Umat berharap agar peran mereka dalam hidup menggereja lebih besar. Tiga perempat responden setuju bahwa awam berhak menentukan bagaimana uang di Paroki dipergunakan, menentukan Imam bagi Paroki mereka sendiri dan memutuskan penutupan Paroki. Hal ini tampaknya sebagai reaksi atas keyakinan 58% umat Katolik dalam survey ini,”Sebagian besar imam tidak mengharapkan awam menjadi pemimpin, tapi hanya pengikut saja.”
Individu tentukan benar dan salah, bukan pimpinan Gereja
Mayoritas mengatakan bahwa keputusan akhir tentang apa yang benar dan
Sehubungan dengan skandal seks para religius pada dekade terakhir, 83 persen melihatnya sebagai sesuatu yang telah menampar kredibilitas pimpinan Gereja. Survey ini juga mengungkap bahwa kepercayaan pada ajaran Gereja menurun.
Survey ini dilakukan atas sekitar 1,442 orang Katolik. Responden terdiri 63% orang Amerika Katolik kulit putih, 54% menikah, 34% di atas usia 55 tahun, dan 10% berusia sekitar 18-24 tahun. Survey yang diadakan sejak tahun 1987, dan merupakan yang pertama, sejak tahun 2005, ketika Paus Benediktus XVI menggantikan Paus Paulus Yohanes II sebagai paus, memiliki 3.5% margin error.
Sumber: www.catholicnews.com, Photo credit: www.wordofstock.com
Mungkin dapat kita pertimbangkan untuk merekrut imam praja dengan mencabut aturan selibat, sebagaimana halnya gereja orthodox, hanya imam tarekatnya saja yang hidup selibat. Tetapi harus kita pikirkan juga imbasnya, kalau kita punya imam yang non selibat, cobaannya mungkin lebih kompleks. Berkah dalem
harus segera ada alternatif jalan keluar dan vitalisasi ajaran Gereja. Tak dipungkiri, ajaran GK mulai “tumpul” menjaga akhlak (lih. Brasil, Spanyol, dlsb). Rekrut, awam-awam senior yang hidupnya sudah mapan (dan syukur tokoh yang bisa diteladani), tahbiskan mereka. Nggak usah malu dan gengsi, memang GK sedang merosot pamor dan mutu. Hanya, pertanyaannya, masihkan mampu GK memberikan mukzijat kehidupan? Agama tanpa mukzijat akan ditinggalkan…apapun alasannya orang beragama ingin mendapatkan kekuatan gaib dan kedamaian hidup. GK masih mampu? dalam hal ini logika terabaikan!
sebaiknya aturan tentang perekrutan Imam baru bisa dilonggarkan lagi, mungkin ada saja orang dewasa yang mau dan berkomitmen terhadap pelayanan imamat. dan bersedia untuk menjalankan seluruh aturan sebagai Imam.
Tuhan Yesus selalu beserta kita.Penyelenggaraan dan penyertaanNya untuk Keselamatan Umat Manusia di dunia tak akan berakhir.Jadi aku yakin pasti…kita tidak perlu takut kekurangan Imam.Karena Dia telah menyediakan untuk kita. walau mungkin kerja dari para Imam akan lebih berat.Satu hal yang harus kita lakukan adalah : selalu mendoakan para Pastur supaya setia dalam panggilan dan selalu berdoa supaya semakin banyak kaum muda Katolik mendapat berkat panggilan. Amin
Gereja kekurangan imam maka hidup selibat sebaiknya dilonggarkan atau dibatalkan? Gereja tidak dapat lagi memberikan mukjizat kehidupan?
Jika anda prihatin dgn kekurangan imam, bkn masalahnya di hidup selibat. Umat yg prihatin segeralah dorong anak2 anda menjadi imam. Bukannya didorong malah dianggap rendah sebagai imam. Nah, umat juga yg salah!
Jika mengikuti logika anda, besok2 juga semua dapat dilogikakan.
Yg benar adalah mari kita sendiri yg mengkoreksi kekurangan imam itu, bkn malah mengutak-atiknya. Emangnya jika para imam menikah, maka kehidupan Gereja akan luar biasa hebatnya?? Bagaimana anda bisa menjamin itu??