Home BERITA Jimat

Jimat

0
Ilustrasi - Jimat itu berupa salib. (Ist)

Renungan Harian
Selasa, 5 April 2022
Bacaan I: Bil. 21: 4-9
Injil: Yoh. 8: 21-30
 
SUATU hari setelah selesai misa, ada seorang bapak yang menghampiri saya dan minta waktu untuk bicara. Setelah kami duduk di ruang tamu pastoran dan sudah memperkenal dirinya bapak itu mulai bicara.

“Romo, saya ingin syering. Saya mendapat warisan dari orangtua yang tetap saya simpan sampai sekarang. Warisan itu saya jadikan jimat hingga sekarang. Waktu itu ketika saya lulus STM dan mau merantau, bapak berpesan pada saya:

Le, bapak ora isa nyangoni apa-apa yo merga kahanan. Iki sing tak sangoke kanggo kowe, barang iki aja nganti ucul saka kowe. Yen kowe isa ngrumat kanthi apik, mesti ning mesti kowe bakal entuk kekuatan lan berkah saka Gusti.” (Nak, bapak tidak bisa memberi bekal apa-apa karena keadaan. Benda ini yang kuberikan sebagai bekal. Barang ini jangan sampai lepas darimu. Kalau kamu bisa memelihara barang ini dengan baik, percayalah bahwa kamu pasti akan mendapatkan kekuatan dan berkat dari Tuhan.)

Romo, sesungguhnya awalnya saya tidak percaya dengan jimat-jimat semacam itu, tetapi karena itu pesan dari bapak maka saya tetap pegang sampai sekarang.
 
Pengalaman hidup saya sejak 30 tahun yang lalu hingga sekarang menunjukkan bahwa jimat ini sungguh-sungguh luar biasa. Saat pertama kali saya sampai ke kota ini, saya mengalami banyak ketakutan dan kekhawatiran.

Di saat seperti itu saya lalu ingat jimat yang diberikan bapak. Saya pegang jimat itu dan entah bagaimana rasanya saya menjadi lebih tenang.

Saat saya mengalami situasi yang sulit dan sering kali membuat saya ingin pulang, saya pegang jimat itu dan membuat saya lebih berani.

Banyak sekali pengalaman-pengalaman yang saya dapatkan berkat jimat ini. Wah, kalau diceritakan mungkin besok pagi baru selesai.
 
Romo, kemudian saya menyadari ternyata sumber dari semua hal yang saya alami pertama-tama bukan karena jimat ini, akan tetapi karena rahmat Allah.

Lewat jimat ini membuat saya bisa selalu bergantung pada Allah dan menggantungkan pada pengharapan akan belas kasih Allah.

Jimat ini ternyata sarana agar saya menjadi tekun dan setia dalam doa.

Romo, jimat yang saya terima itu adalah salib kecil dari kuningan yang ternyata salib itu bapak terima dari seorang romo Belanda yang dulu berkarya di paroki kami.
 
Dengan memegang salib dan memandang salib itu mau tidak mau mendorong diri saya untuk berdoa. Saat saya mengalami kesulitan dengan memandang salib itu membuat saya ingat bahwa saya tidak menderita sendirian, tetapi Tuhan menemani saya dalam penderitaan.

Perasaan dan keyakinan bahwa Tuhan menemani saya dalam penderitaan itu membuat saya menjadi kuat, saya diteguhkan untuk berjuang. Bahkan saya sering merasakan bahwa seberat apa pun yang saya alami belum seberapa dibanding penderitaan Tuhan.

Bahkan saat saya mengalami godaan untuk meninggalkan iman demi jabatan dan kemakmuran, salib itu menjadi pengingat bagi saya dan membantu saya untuk menegaskan pilihan saya.
 
Romo, itu pengalaman saya, apakah menurut Romo saya salah punya jimat ini?” bapak itu mengakhiri sharingnya.
 
“Wah, luar biasa pak. Terimakasih untuk syeringnya yang luar biasa. Menurut saya bukan soal benar salah, tetapi saya mohon agar apa yang bapak wartakan bukan soal salib menjadi jimat tetapi bagaimana pengalaman bapak akan salib Tuhan yang meneguhkan iman dan menjadi penuntun hidup bapak,” jawab saya.
 
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Yohanes: “Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu bahwa Akulah Dia dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diriku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepadaKu.”
 

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version