SETELAH mengajar para murid-Nya tentang doa Bapa Kami (Lukas 11: 1-4), Yesus menyampaikan perihal semangat doa. Yang pertama menyangkut isi doa. Sedang yang kedua tentang jiwa suatu doa.
Yesus menggambarkan bahwa doa itu seperti permintaan seseorang yang berada dalam kesulitan (kebutuhan) kepada sahabatnya (Lukas 11: 5-7). Permohonan itu menyangkut kebutuhan mendesak; bukan lahir dari keinginan.
Ketika orang berada dalam situasi terdesak, tidak perlu dia merasa malu untuk memohon kepada Tuhan. Bukankah Santa Teresa dari Avila menggambarkan bahwa doa itu adalah percakapan antara dua sahabat?
Injil versi bahasa Inggris menggunakan kata “persistence” (terus menerus mencoba walau banyak kesulitannya); bukan “sikap tidak malu-malu” (Lukas 11: 8). Doa itu menuntut ketekunan. Bukan “ngèyèl” terus, tetapi lahir dari sikap beriman yang kuat.
Yesus menegaskan bahwa permohonan yang disampaikan dengan penuh iman akan mendapatkan jawaban (Lukas 11: 9-10). Lagi pula, Tuhan sungguh mengerti kebutuhan manusia. Dia tidak akan salah memberikan yang manusia perlukan (Lukas 11: 11-12).
Tuhan itu berbeda dari manusia; jauh lebih baik. Kalau manusia yang jahat dan berdosa saja bisa memberikan yang terbaik kepada anaknya, betapa pula Tuhan yang mahabaik. Penjahat saja memberikan yang dianggapnya terbaik untuk anaknya; apalagi Tuhan.
Bukan hanya memberikan yang terbaik dan paling sesuai dengan kebutuhan, Tuhan memberikan Roh Kudus (Lukas 11: 13).
Roh inilah yang membuat orang mampu berdoa.
“Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.” (Roma 8: 26).
Pelajaran tentang doa dari Yesus lengkap. Dia mengajarkan tentang isi dan cara berdoa. Lebih dari itu, Dia juga menyampaikan ajaran tentang jiwa suatu doa. Apakah selama ini kita menyadarinya?
Kamis, 6 Oktober 2022