[media-credit id=1 align=”aligncenter” width=”500″]
And honesty is telling the truth to other people.
(Spencer Johnson)
Hidup dalam kejujuran itu lebih ringan. Kemana kita pergi, kita hadir sebagaimana kita apa adanya. Kejujuran memberi kita cara untuk melepaskan sebagian besar persoalan hidup yang sering merenggut kemewahan kita menjadi bahagia. Sebab ketika kita berkata jujur, kita tidak perlu mengingat sesuatu.
Kita tinggal mengatakan apa yang ada sebagaimana yang ada seperti apa. Kalau kita berbohong, kita akan mengingat kebohongan itu agar suatu ketika manakala seseorang menanyakan hal yang sama, kita masih ingat kebohongan seperti apa yang pernah kita katakan.
Dengan demikian kita bisa membuat kebohongan yang terdengar tidak berbohong dari kebohongan yang pertama. Namun, seberapa kapasitas batin kita untuk merekam skenario kebohongan yang akan kita lakukan? Abraham Lincoln pernah menulis, “No man has a good enough memory to make a successful liar.” Tidak ada seorangpun yang punya ingatan cukup untuk bisa berbohong dengan meyakinkan.
Hidup dalam kejujuran itu sungguh-sungguh lebih meringankan. Sebab kejujuran tidak menahan apapun, tetapi melepaskan setiap hal yang hendak datang dan hendak pergi. Ia ibarat sepasang daun pintu yang akan bergerak ke dalam ketika seseorang mendorongnya dari luar, dan akan bergerak ke luar ketika seseorang mendorongnya dari dalam namun ia tak akan pernah lepas dari engselnya.
Kehidupan yang jujur, tidak akan memberatkan kita melangkah kemanapun dan menemui siapapun. Bagi orang jujur, siapa saja adalah berkah, dan kemana saja adalah amanah. Orang-orang ini tidak perlu bersolek dengan pencitraan, sebab pencitraan itu tidak abadi. Seorang bijak menulis, “A lie may take care of the present, but it has no future.”
Kita bisa berbohong pada saat ini, tetapi tidak untuk selamanya sebab kejujuran itu abadi, dan kebohongan itu fana. Bagi orang jujur, apa yang di luar adalah apa yang di dalam dan apa yang di dalam itulah yang di luar. Dengan kata lain, tidak ada lagi “dalam” dan “luar”. Karenanya ia akan terlihat seperti kaca bening dengan cahaya menyala di dalam batinnya. Semua terlihat sebagaimana ia seharusnya terlihat.
Kejujuran itu totalitas
Kejujuran itu sebuah totalitas, ketotalan antara apa yang diucap dan dilakukan. Satu kata, satu perbuatan. Bahkan bagi orang jujur, dalam keheningan ia bisa berbicara dengan ribuan tindakan. Mereka berpikir, sedikit bicara akan lebih baik. Sebab manusia adalah tuan dari kata-kata sebelum ia diucapkan, sebaliknya menjadi budak setelah diucapkan.
Kata-kata cenderung berdusta, bukan semata-mata karena yang bicara pendusta, tetapi di setiap kata seperti ada kutukan untuk selalu terbatas membahasakan realitas yang sebenarnya. Totalitas kejujuran karena ia selalu hitam kalau hitam dan putih kalau putih. “A half truth is a whole lie,” orang bijak menulis. Setengah jujur, sama saja dengan berbohong sepenuhnya.
Maka, ketika Anda berada dalam ketakutan untuk berkata seperti apa, jujurlah saja daripada berbohong. Dengan begitu Anda akan terbebas dari ketakutan itu sendiri. Kita berkata bohong ketika kita takut. Takut karena tidak tahu, takut dengan apa yang akan dipikirkan orang lain, takut dengan apa yang akan tersingkap dari diri kita.
Tetapi setiap saat Anda berbohong, hal-hal yang membuat kita takut justru akan mencengkeram semakin kuat. Kejujuran akan melepaskan setiap belenggu ketakutan yang melilit batin kita selama ini. Ia melonggarkannya dan membuatnya tidak bermakna lagi meskipun sebelumnya kita akan menderita karenanya, seperti yang dikatakan Jim Davis, “The truth will set you free, but first it will make you miserable.”
Belajar kejujuran
Pada suatu malam yang penuh bintang dan sorot purnama rembulan, saya diajak seorang sahabat ke sebuah ladang rerumputan untuk belajar tentang kejujuran dari sebuah danau. Saya diminta terlentang di atas rerumputan, menghadap langit dan membayangkan diri saya adalah sebuah danau. Ya, sebuah danau yang penuh air berkecipak bening, sebuah danau yang memantulkan apa yang menerpanya dan melukiskan apa yang dilihatnya.
Saya memantulkan bintang gemintang, purnamanya rembulan, langit biru cerah dengan awan tipis putih, ketenangan dan keteduhan alam. Saya merekam dan melukiskannya di wajah saya, di mata saya, di bibir saya, di telinga saya, di seluruh tubuh saya. Saya menjadi danau yang tersenyum. Latihan ini membuat saya mengerti tentang hakekat kejujuran. Seperti itulah kejujuran itu, yang hanya memantulkan dan melukiskan apa yang menimpa dan dilihatnya.
Ketika ada burung elang terbang melintas di atasnya, sang danau tidak berhasrat memilikinya sebab kejujurannya dalam memantulkan selalu disertai keiklasan untuk melepaskan apa saja yang datang. Itulah danau kejujuran.
Honest heart produce honest action
(Brigham Young)