Home BERITA Jumat, 19 Maret 2021: Tidak Akan Pernah Berjalan Sendiri

Jumat, 19 Maret 2021: Tidak Akan Pernah Berjalan Sendiri

1
Ilustrasi: Patung St. Yusuf di Gereja Jago Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jateng.

Bacaan I: 2Sam 7:4-5a,12-14a,16
Bacaan Kedua: Roma 4:13.16-18.22
Injil: Matius 1:16.18-21.24a

“AYAH, saya ingin main ke kantor ayah, bolehkan?,” rengek seorang anak kecil usia delapan tahun kepada ayahnya.

“Tentu boleh, ayah ingin kamu melihat tempat kerja ayah, ruangan kantor yang besar, taman yang luas serta indah, dan juga berbagai macam binatang peliharaan yang selalu ayah lihat,” kata ayahnya dengan penuh bangga.

“Iya, ayah, saya juga ingin bertemu dengan teman-teman ayah, yang kata ayah, mereka lucu dan selalu gembira,” kata anak itu.

“Kamu pasti senang, dan betah di kantor ayah,” katanya.

“Jadi kapan, ayah mengajak saya ke kantor,” kata anak itu.

“Loh, kamu harus berangkat sendiri, nanti ayah buatkan rute perjalanan buatmu, kendaraan apa yang harus kamu naiki, dan berapa ongkosnya, sampai di kantor ayah,” kata ayahnya.

“Saya takut, ayah,” kata anak itu.

“Kalau kamu takut berarti kamu tidak akan pernah melihat keindahan kantor ayah,” kata ayahnya.

Malam harinya, ayah itu membuat rute perjalanan, dari rumah hingga sampai kantor, lengkap dengan warna kendaraan yang harus dinaiiki serta biayanya.

“Ini rute perjalanannya, kalau kamu sudah siap berangkat nanti kasih tahu ibu, biar diberi uang jalannya,” kata ayah itu.

“Nanti siang setelah sekolah saya ke kontor ayah ya,” kata anak itu.

“Boleh, saya tunggu di kantor ya,” kata ayahnya.

Anak itu akhirnya berangkat ke kantor ayahnya, mengikuti rute perjalanan yang diberikan ayahnya.

Dalam kendaraan anak itu awalnya merasa takut berhimpitan dengan penumpang lainnya.

Sesekali ada yang menyapa, namun juga ada yang cuek denganya. Mata anak itu tidak pernah lepas dari rute yang dipegangnya.

Tanpa sepengetahuan dia, ayah dan ibunya mengikuti dari jauh dengan kendaraan. Ayahnya sengaja pulang dengan diam-diam, supaya bisa menjaga anaknya.

Ayah itu ingin anaknya belajar menempuh perjalanan sendiri untuk mencapai keinginannya.

Ayah ingin anaknya belajar melihat dunia sekitar dengan aneka wajah dan senyumannya.

Kita semua ada dalam perjalanan untuk sampai kepada rumah Bapa di surga, Allah Bapa telah memberi rute perjalanan yang harus kita tempuh. Namun kita tidak pernah sendiri karena Tuhan selalu bersama kita.

Santo Yusup adalah bapa yang setia, dia berusaha menjaga dan melindungi Yesus dan Maria.

Namun demikian, Santo Yusup tidak memanjakan Yesus tetapi mendidik Yesus untuk setia kepada kehendak Allah.

Hal ini nyata dalam peristiwa di Taman Getzemani ketika Yesus berdoa sampai keringat darah, “Bukan kehendakKu yang terjadi melainkan kehendak-Mu lah yang harus terjadi.”

Belajar dari Santo Yusup, sejauh mana kita bertumbuh dalam kesetiaan, dan penghargaan kepada orang yang terdekat dengan kita?

1 COMMENT

  1. Amin terimakasih atas bp Yusuf penjaga keluarga Nazaret,,dan semoga kami juga bisa menjaga keluarga kami dgn sepenuh hati dan bertanggung jawab dalam segala hal

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version