Home BERITA Jumlah, Dana, dan Beban Belajar: Tantangan Menghadang Seminari Mertoyudan

Jumlah, Dana, dan Beban Belajar: Tantangan Menghadang Seminari Mertoyudan

0
Ilustrasi: alm. Sardjono meniup alat musik fagot (paling kiri) saat menjadi siswa di Semnari Mertoyudan kurun waktu tahun 1957 dan tahun-tahun berikut. Ketika dewasa dan menjadi imam, Sardjono beralih nama menjadi Romo Djonowasono Pr. (Dok. Hien Suhendra)

JUMLAH calon seminaris yang merosot deras dan cepat, dana dan beban belajar seminaris menjadi tantangan berat yang segera diatasi. Tiga tantangan berat terungkap dalam sarasehan Natalan Merto-Jatim, Sabtu, 11 Januari 2020 di aula Paroki Gembala Yang Baik, Jl. Jemur Andayani, Surabaya.

Romo Julius Mario Plea Lagaor SJ, setelah menyampaikan salam dan mewakili Rektor Seminari Mertoyudan Romo Leo Agung Sardi SJ, memaparkan tiga tantangan berat yang dihadapi Seminari Menengah Mertoyudan. Yakni, benih calon seminaris yang makin langka, beban biaya pendidikan, dan beban belajar yang terlalu padat untuk seminaris.

Benih yang makin langka

Keprihatinan paling dalam adalah semakin menurunnya minat anak muda Katolik untuk masuk seminari dan menjadi imam. Membandingkan dengan data jumlah kandidat pada tahun 1980-an, didapati angka yang jomplang. Saat 1980-an, Seminari hanya membuka satu gelombang pendaftaran. Jumlah kandidat mencapai rentangan jumlah: 250-300-an orang kandidat untuk masuk KPP (Kelas Persiapan Pertama).

Angka pendaftar gelombang pertama yang akan tes tanggal 15 Januari 2020 hanya ada 45 orang. Yang berasal dari KAS berkisar pada angka 20-an kandidat. Lainnya berasal dari luar Keuskupan Agung Semarang.

Memang, ada usaha untuk terus menerus memperkenalkan seminari melalui paroki-paroki di keuskupan. Tetapi, tanggapan pun beragam: ada yang antusias dan pasif. Misalnya, paroki belum memasang brosur pendaftaran, walau kiriman brosur sudah sampai.

Aksi Panggilan pun dilakukan dengan kekuatan penuh, termasuk misa diiringi orkestra.

“Perlu bantuan para alumni membantu survei dan meneliti untuk mencari tahu sebab dan obat atas keprihatinan ini,” kata imam Yesuit pertama dari Pulau Sumba.

Dukungan finansial harus memadai

Keuangan Seminari perlu mendapat perhatian khusus untuk menjaga supaya tetap mampu melayani dengan prima. Di beberapa paroki tumbuh kelompok doa dan derma untuk mendukung panggilan. Yang terlibat  justru ibu-ibu sepuh dan para janda. Mereka mengumpulkan sedikit demi sedikit. Setelah jumlah terkumpul dalam jumlah yang pantas, mereka berkunjung dan memberikan derma ke seminari.

Seorang teman kuliah di Universitas Sanata Dharma berkisah pula tentang hal ini.

Komunitas Seminari juga memberi layanan khusus untuk para penderma. Ada misa, rekoleksi, intensi khusus untuk mereka. Sering acara khusus dilaksanakan di Seminari.

Usaha produktif juga sedang dirintis Romo Minister. Budidaya lele, madu tawon lanceng. Hasil Budi daya, untuk sementara, dikhususkan bagi konsumsi sendiri.

Seperti dulu alm. Bruder Sutter SJ berternak babi. Usaha seperti ini membantu dalam memperkecil pengeluaran.

Namun, pengalaman beberapa romo yang berkarya di bidang formasi, termasuk Romo Aji SVD –alumnus Mertoyudan KPP tahun 1981, di Brazil pun formasi calon imam perlu dukungan finansial dalam jumlah memadai. “Saya paham betul bagaimana rasanya jungkir balik, supaya semua cukup,” tuturnya. Maka, alumni perlu memikirkan juga.

Disepakati tanggal 15 Januari 2020 Merto-Jatim transfer.

Beban belajar berat dan padat

Beban belajar seminaris sangat padat. Beban belajar di KPP, misalnya, mencapai 22 mata pelajaran. Di kelas X, XI dan XII beban belajar lebih banyak lagi. Ada beban belajar Kurikulum 2013, muatan lokal yang diatur oleh Peraturan Gubernur dan mata pelajaran khas Seminari.

Romo Direktur memikirkan perubahan kurikulum. Maka, perlu dilakukan kajian atau focus group discussion dengan pokok bahasan beban belajar seminaris di Seminari Mertoyudan. Pemikiran dan tindakan solutif diperlukan.

Dalam perjumpaan pribadi, diusulkan mengundang para alumni yang akhli kurikulum dan praktisi kurikulum SMA untuk diskusi terarah.

Ecclesia semper reformanda – Gereja selalu membaharuo diri. Ayo, terlibat dalam pembaharuan.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version