DELAPAN hari terakhir ini, saya berada di kota Tomohon membimbing retret para postulan JMJ yang akan menerima busana rohani pada hari ini, Kamis, 8 Juni 2017. Jumlah postulan itu ada 12 orang. Pada waktu yang sama, Pastor Maurice Loru MSC membimbing retret para novis JMJ tahun kedua yang akan profesi pertama hari ini. Jumlah mereka ada 8 orang.
Jadi di Gereja Hati Kudus Tomohon itu akan berbaris 20 perempuan muda yang ingin mempersembahkan diri kepada Kristus melalui Gereja untuk hidup melayani umat dan masyarakat.
Pada minggu yang sama itu berlangsung juga retret para suster JMJ Provinsi Manado gelombang pertama yang berjumlah 32 orang dan dimpinpin oleh Romo Priyo Poedjiono SJ, mantan Magister Novis SJ yang juga keponakan Kardinal Darmaatmaja. Jadi dalam waktu bersamaan terjadi retret tiga kelompok yang berbeda di kompleks JMJ yang sama, di tempat yang sejuk dingin, luas, hening dan tenang.
Pada hari Minggu, tanggal 4 Juni, Hari Pentakosta, di tengah–tengah retret itu, semua peserta retret bersama umat berkumpul di Kapel RS Gunung Maria untuk mendoakan Sr. Josephi Kaparang yang meninggal dalam usia 92 tahun. Pada hari yang sama itu di Kapel RS. Lembean juga dilangsungkan misa requiem untuk Sr. Katrin Karundeng JMJ yang meninggal juga beberapa waktu kemudian dalam usia sekitar 80 tahun. Waktunya diatur sedemikian sehingga kedua jenasah suster yang meninggal itu bertemu di depan RS Gunung Maria untuk menuju tempat pemakaman yang letaknya di sebelah Rumah Postulan.
Kompleks makam berdampingan dengan rumah postulan yang melambangkan perjalanan suster JMJ sejak masuk sampai meninggal dalam kesetiaan panggilan Tuhan yang suci. Hadir dalam pemakaman itu empat oramg imam Jesuit muda yang sedang live in di sebuah panti asuhan dan Rumah Dakit Lembean dan Tomohon. Dua Jesuit dari Indonesia namanya: Andre dan Andalas; dua dari Filipina yang satu bernama Jasson dan satu lainnya.
Mereka berempat tengah melaksanakan program pendidikan akhir sebagai Jesuit yang biasa disebut Tersiat. Program tersiat ini diampu oleh ada Romo Priyo, Direktur Program Tersiat, yang juga tengah memberi retret itu.
Kota terberkati
Tomohon adalah kota yang sungguh terberkati. Sejak para pastor Jesuit menanamkan benih iman katolik dan kemudian dilanjutkan oleh para MSC sejak tahun 1919, maka pada tahun 2019 nanti, tepat 100 tahun MSC telah berkarya di Manado. Tahun 2017 ini ada uskup baru. Tahun 2018 peringatan Pastor Jan de Vries SJ berhasil mendarat di Kema 150 tahun lalu, tepatnya pada tahun 1868).
Dua pastor Jesuit yang saya ketahui ini berkat almarhum Pastor Jan van Paassen MSC dalam bukunya Sejarah MSC di Manado adalah Pastor Wintjes SJ. Pastor Jesuit ini pernah menjadi pastor Paroki Tomohon selama 18 tahun. Lalu ada Pastor Antonius van Velsen SJ yang selama 25 tahun berkarya di Woloan dan mendirikan sekolah guru Kweekschool. Beberapa tahun kemudian, Pastor van Velsen SJ diangkat Uskup di Batavia.
Di Kota Tomohon pula berdiri Tarekat BTD, Bruder Tujuh Dukacita Santa Maria pada tahun 2001. Jadi sudah 16 tahun terakhir dan pada tanggal 30 Mei 2017 lalu, Tomohon di Sulut ini telah memiliki rumah pembinaan postulat dan novisiat yang diberkati oleh Bapak Uskup Manado. Biaya pembangunannya 3,4 milyar seluruhnya disumbang oleh bruder CSD Belanda, tarekatnya Br. Han Gerritse CSD yang menjadi induk yang melahirkan BTD. Belum ada sumbangan dari umat, pemerintah atau donatur setempat.
Ada pula Seminari Agustinianum dan rumah pembinaan Frater CMM. Tidak jauh dari sini ada Seminari Menengah Kakaskasen yang paling pertama berdiri, sejak tahun 1938 di Woloan; dan dilanjutkan lagi setelah perang Jepang tahun 1946. Ada pula biara DSY; dan Biara Karmel Kakaskasen yang menjadi pendoa setia supaya berkat Allah selalu dicurahkan untuk kota Tomohon dan dunia.
Senang sekali menikmati damainya kota Tomohon ini. Damai itu rupanya adalah hal yang paling penting untuk Yesus. Sehingga Yesus berkata, “Damai Kuberikan kepadamu, Damai-Ku kuberikan kepadamu.”
Saya sering bertanya, mengapa Yesus memilih “damai” itu bukan yang lain, misalnya cinta kasih, atau berkat atau hal baik lainnya, melainkan damai.
Dan sepertinya damai itu yang semakin hilang dari hati manusia dan digantikan oleh ujaran kebencian, padahal yang paling dibutuhkan oleh manusia dan dunia ini adalah damai.
Indonesia sangat membutuhkan damai itu. Timur Tengah terlebih lagi. Dan seluruh dunia ini membutuhkannya.
Salam Damai dari Tomohon