NAH, kabar bungah terjadi di kalangan para Suster Fransiskanes dari Santo Georgius Martir (FSGM) pada hari Kamis tanggal 23 November 2017 lalu.
Pagi menjelang siang itu, cuaca di Kota Pringsewu, Lampung, sungguh terlihat sangat cerah. Pohon palem berdaun hijau tampak kokoh berdiri dan berbaris di sepanjang jalan mulai dari gerbang Biara Pusat Kongregasi Suster-suster Fransiskanes dari Santo Georgius Martir (FSGM), di tepian Jalan Kesehatan, Pringsewu.
Di sisi kiri jalan menuju kapel biara itu, tampak sebuah mobil Land Rover tua terparkir apik di ruang berdinding kaca, menjadi salah satu saksi perjalanan pelayanan Kongregasi FSGM di Sang Bumi Ruwa Jurai, Lampung.
Pada Kamis (23/11), di kota berslogan “Jejama Secancanan” yang berarti “masyarakat bersama-sama saling bergandengan tangan” ini dilangsungkan Perayaan Ekaristi pengikraran Kaul Kekal, perayaan syukur atas 25 tahun hidup membiara, serta syukur atas 50 tahun dan 60 tahun profesi.
Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Mgr. Yohanes Harun Yuwono, Uskup Keuskupan Tanjungkarang, didampingi Mgr. Aloysius Sudarso SCJ, Uskup Agung Palembang, dan Mgr. Aloysius Murwito OFM, Uskup Keuskupan Agats-Papua bersama 60-an imam konselebran.
Dalam Perayaan Ekaristi yang dihadiri oleh sejumlah biarawan dan biarawati dari berbagai tarekat serta sekitar 400-an umat ini ada 13 suster yang berpesta.
- Tiga suster mengikrarkan profesi kekal, yaitu Sr. M. Paulis FSGM, Sr. M. Merlinda FSGM dan Sr. M. Aurelia FSGM.
- Enam suster merayakan syukur 25 tahun membiara, yaitu Sr. M. Bonita FSGM, Sr. M. Anne FSGM, Sr. M. Fransiska FSGM, Sr. M. Cyriaka FSGM, Sr. M. Yoseta FSGM dan Sr. M. Veronica FSGM.
- Tiga suster merayakan 50 tahun profesi, yaitu Sr. M. Judith FSGM, Sr. M. Sita FSGM dan Sr. M. Theresita FSGM dan satu suster merayakan syukur 60 tahun profesi, yaitu Sr. M. Helena FSGM.
Hadir menerima profesi kekal adalah Sr. M. Aquina FSGM, Provinsial FSGM Provinsi St. Yusup Indonesia.
Pringsewu: Kawasan misi katolik pertama
Tlatah Pringsewu memiliki arti penting bagi Keuskupan Tanjungkarang, karena menurut catatan sejarah misi Katolik di Lampung, Pastor Strater SJ dan Pastor H.J.D. van Oort SCJ telah menjadikan Pringsewu sebagai pusat misi pertama.
Pada tahun 1905 terjadi perpindahan penduduk dari Pulau Jawa ke Pulau Sumatera. Para transmigran ada yang tinggal di Lampung dan ada pula yang tinggal di Sumatera Selatan.
Pringsewu menjadi salah satu daerah tujuan transmigran di Lampung. Daerah ini termasuk wilayah yang subur.
Bagi para transmigran, selain harus berjuang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, tantangan lain yang harus mereka hadapi adalah munculnya beragam penyakit, seperti malaria, TBC, desentri dan borok. Tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan yang memadai belum tersedia.
Situasi ini kemudian menggerakkan hati Mgr. H.M. Mekkelholt SCJ yang saat itu menjadi Prefek Apostolik di Prefektur Apostolik Bengkulu untuk mengajukan permohonan bantuan dalam pengembangan karya kerasulan kepada Kongregasi Suster-suster Fransiskanes dari St. Georgius Martir yang berpusat di Thuine, Jerman.
Permohonan itu ditanggapi dengan mengirim empat suster misionaris pertama ke Indonesia. Mereka adalah:
- M. Odulpha Schwalenberg.
- M. Solanis Meyer.
- M. Arnolde Wouters.
- M. Engelmunda van Orten.
Rombongan misionaris ini tiba di Pringsewu pada 4 Juni 1932.
Mereka datang dan mengawali karya pelayanan dengan membuka sebuah poliklinik sederhana yang dimulai oleh Sr. Arnolde Wouters. Kehadiran mereka membawa sukacita yang luar biasa bagi umat dan masyarakat banyak. Hari demi hari orang yang berobat bertambah banyak. Pada umumnya pasien yang datang menderita sakit malaria.
Setelah menolong pasien di poliklinik, Sr. Arnolde selanjutnya bersepeda ke desa-desa dan melayani pengobatan di rumah-rumah kepala kampung.
Kini setelah 85 tahun hadir di Indonesia, selain berkarya di Keuskupan Tanjungkarang, karya-karya suster-suster FSGM sudah meluas ke sejumlah keuskupan di Indonesia, yaitu Keuskupan Agung Palembang, Keuskupan Agung Jakarta, Keuskupan Agung Semarang, Keuskupan Jayapura, Keuskupan Atambua, Keuskupan Denpasar dan Keuskupan Agats di Papua.
Selain di Indonesia komunitas Suster FSGM juga hadir di dua keuskupan di Timor Leste, yaitu Keuskupan Dili dan Keuskupan Baucau.
Dengan semboyan “Semua untuk kemuliaan Tuhan dan keselamatan jiwa kita”, para suster FSGM bersemangat mewartakan cinta kasih Allah yang penuh Kerahiman kepada setiap orang.
Warta cinta kasih itu mereka wujudkan dalam berbagai bentuk karya pelayanan, seperti pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, karya retret, pastoral dan rumah tangga.
Cinta akan kemiskinan, gembira dalam karya dan setia dalam doa adalah semangat yang senantiasa diperjuangkan oleh para suster FSGM.
Semangat itu merupakan wasiat Muder Anselma Bopp, pendiri Kongregasi FSGM, yang dijiwai oleh semangat Santo Fransiskus dari Assisi.