Puncta 03.09.22
PW. St. Gregorius Agung, Paus Pujangga Gereja
Lukas 6: 1-5
TAHUKAH anda mengapa kuda harus diberi kacamata? Sebenarnya bukan kacamata, tetapi penutup mata karena tidak ada kacanya seperti yang biasa dipakai orang.
Kacamata kuda yang juga disebut horse blinders atau blinkers ini berguna untuk mencegah kuda melihat hal yang ada di belakang dan di sampingnya.
Kuda harus mengenakan ini agar perhatian mereka tidak teralihkan atau panik saat melihat keributan di sekitarnya.
Menurut para ahli, kuda memiliki sifat mudah takut, gelisah, mudah panik terutama di lingkungan baru.
Kuda memiliki mata yang terletak di sisi kepala mereka, yang mampu melihat dengan jangkauan luas sehingga memungkinkan untuk tetap waspada.
Penutup mata memungkinkan kuda hanya fokus pada satu arah. Dia tidak bisa mundur.
Dengan kacamata, kuda hanya bisa melihat sudut sempit dan terbatas saja
Orang Yahudi melihat segala sesuatu berdasarkan hukum. Hukum Taurat ibarat kacamata kuda.
Mereka memandang segala peristiwa dengan berkaca pada hukum. Hukum harus ditegakkan agar jalan hidupnya lurus ke depan.
Orang yang melanggar aturan harus dihukum. Orang yang tidak tahu hukum dianggap hina dan rendah.
Maka ketika murid-murid Yesus memetik bulir gandum pada hari Sabat, mereka gusar dan risih.
Mereka cepat-cepat menegur, “Mengapa kamu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?”
Seperti kuda yang tidak diberi kacamata, saat melihat peristiwa aneh langsung bereaksi meringkik-ringkik, gelisah, gusar, panik.
Begitu pun orang Farisi langsung protes saat para murid memetik bulir gandum, menggisar dan memakannya.
Yesus membela murid-Nya dan menjelaskan bahwa Daud, raja yang dihormati seluruh bangsa juga pernah mengambil roti sajian dan memakannya bersama para pengikutnya ketika mereka lapar.
Padahal roti itu hanya boleh dimakan oleh para imam Bait Allah.
Yesus mengajak kaum Farisi untuk tidak mudah menghakimi orang, merasa diri paling benar, merasa paling tahu tentang hukum, kemudian menuduh dan mengadili orang lain semena-mena.
Padahal mereka sendiri juga tidak lebih baik dan sempurna dibanding orang-orang umumnya itu.
Bacaan ini menyadarkan kita agar tidak menjadi kaum Farisi modern, yang suka menghakimi orang lain, tetapi tidak berkaca pada dirinya sendiri.
Kalau kita dengan jari menunjuk atau menuduh orang, lihatlah. Satu jari menuju si tertuduh, tetapi tiga jari dan dikunci oleh jempol mengarah pada diri kita sendiri.
Yesus adalah Anak Manusia. Dia adalah Tuhan atas hari Sabat yang tidak menghakimi orang, tetapi memberi pengampunan.
Mengapa kita merasa diri berhak menyalahkan orang lain? Merasa diri paling suci? Merasa paling sempurna? Merasa tidak punya dosa? Lihatlah dirimu sendiri.
Buanglah kacamata kudamu, agar bisa melihat dunia lebih luas dan terang. Jangan berpikir sempit dan picik seperti orang-orang Farisi.
Ke Pulau Bali singgah di Tabanan,
Naik ojek sampai di Denpasar.
Banyak kaum Farisi berkeliaran,
Merasa diri paling suci dan benar.
Cawas, mengoreksi diri….