Bahkan ada beberapa keluarga katolik yang merelakan satu-dua-tiga anaknya menjadi romo, bruder dan suster sekaligus.
Menurut catatan Redaksi Sesawi.Net, di lingkup keluarga besar Ordo Serikat Yesus Provinsi Indonesia (Provindo) juga ada sejumlah pastur yesuit yang punya saudara kandung –entah sebagai abang atau adik—yang juga menyandang status resmi sebagai imam atau romo.
Mari kita mulai melihat data tersebut.
Mgr. Leo Soekoto dan Romo A. Soenarja SJ
Uskup Agung Jakarta almarhum Mgr. Leo Soekoto SJ yang lahir dan besar di kawasan Sendang Sriningsih –tempat peziarahan patung Bunda Maria di Njali, Stasi Panggil, Paroki Wedi, Klaten—ternyata juga punya kakak kandung seorang romo yesuit. Kakak kandung almarhum Mgr. Leo Soekoto adalah almarhum Romo A. Soenarja SJ.
Semasa memimpin Uskup Agung Jakarta (1970-1995), Mgr. Leo Soekoto SJ memegang motto rohani yakni Scio cui credidi yang berarti “Saya tahu kepada siapa harus percaya”. Beliau diganti oleh Kardinal Julius Darmaatmadja SJ sebagai Uskup Agung Jakarta, setelah resmi pensiun dan menjadi imam emeritus karena usia tua di Wisma Emmaus Girisonta.
Sebelumnya, Kardinal Julius Darmaatmadja SJ adalah Uskup Agung Semarang.
Romo A. Soenarja SJ
Semasa hidupnya, almarhum Romo A. Soenarja SJ dikenal sebagai seorang penulis hebat dan banyak menerjemahkan teks-teks Latin dan bahasa Belanda kedalam bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Selain pernah menjabat sebagai Rektor Seminari Menengah Mertoyudan, almarhum Romo A. Soenarja SJ juga dipercaya sebagai provinsial pertama Provindo yang asli anak ‘pribumi’, setelah tahun-tahun sebelumnya Provindo selalu dipimpin seorang provinsial berkebangsaan Belanda.
Sebagai pimpinan Provindo, almarhum Romo A. Soenarja SJ menggantikan almarhum Romo C. Orie SJ. Kedua romo yesuit yang sudah almarhum ini dimakamkan di Kerkop Emmaus di Girisonta. Begitu pula, adik Romo A. Soenarja SJ yakni Mgr. Leo Soekoto SJ juga dimakamkan di lokasi yang sama.
Selepas meninggalkan tugas dan jabatan sebagai provinsial SJ Provinsi Indonesia, Romo A. Soenarja SJ lebih banyak berkecimpung dalam reksa pastoral rohani membimbing retret untuk para imam, rohaniwan dan rohaniwati di Rumah Retret Girisonta. Selama beberapa tahun lamanya, Romo A. Soenarja SJ juga melibatkan diri sebagai tenaga instruktur pendidikan Yesuit terakhir bernama Tersiat. Ini berlangsung lama, tidak hanya di lingkup lokal Indonesia tapi juga di tingkat asistensi Asia Tenggara.
Beberapa buah karya terjemahan almarhum Romo A. Soenarja SJ antara lain buku Burung Berkicau karya almarhum Romo Anthony de Mello SJ. Romo Narja –demikian beliau biasa dipanggil—juga menjadi penulis teks lagu mars Seminari Mertoyudan bersama almarhum Romo J. Schouten SJ sebagaimana tertulis dalam lirik di bawah ini:
“Mars Seminari Menengah Mertoyudan”
Lagu: J. Schouten SJ Teks: A. Soenarja SJ
Hai putra Seminari, selalu sehati. Ikut panggilan suci dengan niat murni. Sedia akan karya bagi Gereja bangsa. Karna tujuan kita imamat mulia.
Usaha hidup suci, sehat dan berbudi. Dengan bangga berbakti berjiwa mengabdi. Dalam suka dan duka tetap tabah setia. Demi tujuan kita imamat mulia.
Teks asli dalam Bahasa Jawa:
Mba putra Seminari, setya mring sesanti. Rukun tunggil tenaga mangudi jejangka. Sinanggi manah panggah, ing bingah lan susah. Amung satunggal esti imam Dalem Gusti.
Ing satindak satandang, manah bingar padhang. Nuju sucining budi kanthi ulah dhiri. Tan mundur wit rubeda, tan wigih ing karya. Amung satunggal esti imam Dalem Gusti.
(Bersambung)