Kel 32:7-14 dan Yoh 5:31-47
DALAM semua urusan perkara, dibutuhkan saksi yang bisa memberikan keterangan tentang perkara dan para pelaku yang terlibat dalam perkara itu. Kesaksian seseorang tentang dirinya sendiri dianggap tidak benar.
Butuh kesaksian dari orang lain.
Terhadap sikap penolakan orang Yahudi terhadap diri-Nya, Yesus menegaskan: “Kalau Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, maka kesaksian-Ku tidak benar.”
Yesus juga tidak membutuhkan kesaksian manusia. Yang menjadi saksi tentang Yesus adalah Bapa yang telah menyerahkan pekerjaan-Nya kepada Yesus untuk dilaksanakan. Apa yang dilakukan Yesus itulah yang memberikan kesaksian, siapakah Yesus itu.
Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, yang tuli mendengar, yang bisu berbicara dan yang mati dihidupkan lagi. Orang Yahudi tidak percaya kepada Yesus karena kedegilan hati mereka. Orang Yahudi mempelajari kitab Musa, tapi tidak percaya apa yang tertulis di sana tentang Yesus, Almasih yang akan datang itu.
Ada banyak hal yang kita alami dalam hidup sebagai bagian dari kasih Allah dan penyertaan-Nya dalam hidup kita. Tak perlu yang luar biasa, tapi hal-hal kecil bisa memberikan kepada kita kesaksian Siapakah Yesus bagi kita dalam hidup ini.
Apakah kita percaya akan Yesus?
Kalau kita sudah mengalami belas kasih Allah, maka tugas kita adalah memberikan kesaksian tentang cinta Kristus kepada orang lain. Seperti para murid yang telah menjadi saksi dari setiap ajaran dan perbuatan Yesus, dan mereka memberitakan kepada dunia, demikian juga kita sekalian para murid Yesus zaman ini.
Semoga kita semakin beriman kepada Yesus, dan berani memberikan kesaksian kepada orang di sekitar kita. Amen.