BERAWAL dari kerinduan Mgr. Aloysius Sudarso SCJ agar para imamnya mempunyai kemampuan berbahasa Inggris yang cukup, tercetuslah gagasan untuk membuat program berupa kursus pembekalan intensif bagi para frater TOPer Keuskupan Agung Palembang (KAPal).
Sebagai koordinator, Romo Ignasius Putera Setiahati Pr lalu menggandeng tim dari Lembaga Bahasa Unika Musi Charitas (UKMC) sebagai pemberi materi dalam kursus tersebut. Program ini diberi nama Kampoeng Inggris.
Sesuai dengan namanya, maka para frater yang mengikuti kursus ini “dikarantina” sejak 4–31 Januari 2020 di Kompleks Yayasan Xaverius Palembang. Selama di Kampoeng Inggris, mereka dikondisikan agar selalu berbicara dalam bahasa Inggris setiap saat, dan tidak diperbolehkan keluar dari lokasi.
Segala kebutuhan konsumsi sehari-hari harus mereka masak sendiri, dan bahannya diambil dari seminari atau belanja sendiri.
Untuk aktivitas rohani sehari-hari: ibadat harian, misa, evaluasi, refleksi, dan aneka penugasan, mereka didampingi oleh beberapa imam KAPal: Romo P. Sukino Pr dan Romo Vincentius Setiawan Pr.
Seluruh rangkaian aktivitas tersebut dilaksanakan dan dibuat dalam Bahasa Inggris.
Para frater yang menjadi peserta program Kampoeng Inggris yaitu:
- Fr. Basilius Benediktus Suban Meo Klobor.
- Fr. Marselisius Karmi.
- Fr. Andrianus.
- Fr. Chanel Dorotheus Odjan Soge.
- Fr. Flourianus Thimoty Dhae Veto.
- Fr. Raimundus Sekundur Nitti.
- Fr. Damianus Yanuarius Haukilo Muni.
- Fr. Bernadus Bayu Susanto
Menjawab kebutuhan zaman
Dalam kerinduannya, Mgr. Sudarso SCJ mengungkapkan bahwa perkembangan zaman yang begitu pesat saat ini menuntut kemampuan beradaptasi dan belajar terus menerus. Bahasa Inggris menjadi pintu dan salah satu sarana yang dibutuhkan.
Selain itu, beliau ingin agar para imamnya mempunyai kemampuan berbahasa Inggris secara praktis untuk berbicara, terutama bila ada tamu-tamu internasional yang berkunjung.
Sebagai program perdana, Kampoeng Inggris ditujukan kepada para frater TOPer.
Tujuannya untuk membekali mereka dalam kemampuan berbahasa Inggris baik teoretis maupun praktis. Harapannya kelas mereka pun mampu berbahasa Inggris dengan baik yang sangat berguna dalam proses pendidikan maupun tugas sebagai imam di kemudian hari.
Tentunya program ini akan terus dikembangkan bukan hanya untuk para TOPer. Para calon frater atau frater di Tahun Orientasi Rohani pun akan diberikan pembekalan serupa.
Mgr. Sudarso juga ingin bila ada para calon imam atau imam muda yang dianggap mampu untuk studi lanjut sudah dibekali kemampuan berbahasa Inggris yang cukup.