SEJAK akhir tahun 2019, dunia digemparkan dengan wabah virus corona dari Wuhan, China. Duka mendalam dialami umat manusia karena pandemi ini terus memakan korban jiwa setiap harinya.
Sebagai manusia sudah pasti kita merasakan kesedihan, ketakutan, bahkan keputusasaan.
Namun, selalu ada hal positif di balik setiap kejadian. Rasa kepedulian dan solidaritas sesama manusia kini terus tumbuh. Semua orang berusaha untuk saling melindungi dan membantu tanpa memperdulikan perbedaan suku, ras, maupun agama.
Teladan Kardinal dari Swedia
Hal ini juga dilakukan oleh Kardinal dari Swedia: Anders Arborelius. Ini dikerjakannya karena di Swedia banyak migran dari seluruh penjuru Eropa dan hidup di tepi-tepi jalan Swedia.
Dalam sebuah surat terbuka kepada Perdana Menteri Swedia, Stefan Lofven, Kardinal Arborelius dan para pemimpin Kristen lainnya meminta pemerintah untuk melindungi para migran dan tunawisma. Terutama mereka yang paling berisiko terinfeksi atau menderita akibat kejatuhan ekonomi di masa pandemi.
Menurutnya, Gereja dan kondisi pandemi saat ini tidak membuat perbedaan antara warga negara dengan para migran tersebut.
Kardinal Arborelius berharap pandemi kini akan memicu “kebangkitan spiritual” dari pemerintah untuk memperhatikan orang-orang yang rentan.
Kardinal Swedia ini sangat menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM) dengan hidup berpegang pada In Laudem Gloriae, dalam bahasa Inggris berarti “To God, praise and glory.”
Menurutnya, zaman sekarang manusia sering melupakan bahwa tugas utamanya adalah menghormati dan memuliakan Tuhan.
Membantu sesama
Dalam hal ini, manusia tidak direndahkan. Namun, sebaliknya, manusia harus tumbuh bebas dan mendapatkan kebahagiaan.
Oleh karena itu, Kardinal Arborelius memiliki keinginan besar untuk membantu orang-orang di sekitarnya menemukan kebahagiaan melalui nama Tuhan dan pelayanannya kepada sesama manusia.
Sebagai umat Katolik, kita dapat belajar dari Kardinal Arborelius yang hidup sebagai Uskup memiliki pegangan dan tujuan yang jelas. Semua yang ia lakukan kepada sesamanya adalah untuk memuliakan nama Tuhan.
Melalui kisahnya yang berani menegakkan HAM di negaranya sendiri melalui pemerintah dan masyarakat bagi orang-orang rentan dan kesulitan di masa pandemi.
Kisah ini dapat memotivasi kita untuk terus peduli kepada siapa pun tanpa memandang golongan dan status.
Melalui hal ini, seruann Bapa Suci akan menjadi lebih nyata bagi kita semua.