ARTIKEL di bawah ini dkerjakan berdasarkan nasihat Santo Paulus dalam Surat Kedua kepada Jemaat di Korintus
Abstrak
Tidak sedikit anggota-anggota Gereja sekarang lalai dan tidak memaknai tugas dan pelayanannya sebagai murid Kristus. Fokus penulisan ini adalah mengkaji refleksi-refleksi kritis terkait tugas dan tanggungjawab anggota-anggota Gereja. Yakni, mencakup setiap orang yang telah memberi diri dibaptis. Sebagai orang yang terpanggil sebagai murid Kristus, setiap murid memiliki kuasa Nabi, Imam dan Raja.
Pada tulisan ini penulis mengambil berapa poin penting yang menjadi perhatian setiap orang yang memberi dirinya menjadi pelayan (diakon), yakni terkait karya dalam pelayanannya. Nasihat-nasihat penting akan disertakan dan merupakan hasil metode kualitatif, yakni tinjaun pustaka dengan metode refleksi-refleksi kritis.
Berdasarkan nasihat Rasul Paulus dalam suratnya yang kedua kepada jemaat di Korintus. Dalam suratnya ini terdapat banyak nasihat penting bagi setiap orang yang memiliki cita-cita luhur, sebagai pewarta kebenaran dan Kasih Allah.
Paulus adalah teladan kerasulan dan pelayanan sejati sebagai murid Kristus.
Penulis tidak bermaksud menulis secara keseluruhan tentang siapa itu Paulus dan apakah surat 2 Korintus tersebut.
Pendahuluan
Menjadi anggota Gereja atau murid Kristus merupakan suatu panggilan dan perutusan kemuridan. Sesuai pengertiannya, Gereja adalah kumpulan orang-orang yang dipanggil keluar dari kegelapan untuk masuk ke dalam terang- Nya.
Panggilan keluar (pengutusan) ini dengan maksud memberitakan perbuatan-perbuatan Allah yang besar (1Pet.2:9). Meskipun Gereja sebagai perkumpulan atau satu kesatuan, namun tidak semua anggota memiliki panggilan dan rahmat istimewa untuk menjadi saksi di tengah dunia.
Ada begitu banyak motivasi setiap orang dalam pelayanannya.
Gereja pada dasarnya adalah bersifat misioner. Paulus menekankan pentingnya pelayanan yang dilakukan dengan jujur dan transparan. Ia mencatat bahwa pewartaan dan pelayanan harus dilakukan dengan kejujuran, tanpa menyembunyikan kesalahan atau motif yang kurang tulus.
Pelayan harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya. Nasihat-nasihat Paulus dalam suratnya yang kedua kepada jemaat di Korintus, mengandung begitu banyak arti untuk pelayan Allah dan murid Kristus yang sejati. Pelayanan bertujuan mengajak orang mengalami seperti apa yang dialaminya. Dalam artian cinta yang kita rasakan dari Allah juga kita sebarkan untuk sesama.
Dalam pelayanan dan perutusan sebagai murid Kristus, St. Paulus menunjukkan beberapa karakteristik yang dapat dijadikan teladan. Dia menekankan pentingnya kerendahan hati, pengurbanan diri, dan ketaatan terhadap kehendak Allah.
Paulus sendiri adalah seorang penginjil yang gigih, mengalami banyak kesulitan dan penindasan dalam pelayanannya, tetapi tetap setia dan tekun dalam memberitakan Injil.
Tempat di mana kita berada dan kapan saja di situlah sebetulnya kita telah diutus. Di komunitas, maupun lingkungan masyarakat luas. Ketika semua orang mengenal tempat atau keberadaannya dan tahu bahwa di sana ia telah diutus, kira-kira karya apa yang dapat kita lakukan dalam pelayanan dan perutusan tersebut.
Tindakan atau karya dalam perutusan adalah sangat penting.
Karaya dalam perutusan sangatlah penting. Kehidupan akan sangat berguna bagi diri sendiri maupun orang lain bila kita memiliki pelayanan penuh kasih. Kasih harusnya nyata dalam karya pelayanan kita dan bukan saja pada kata-kata belaka.
Rasul Yakobus mengatakan “iman tanpa perbuatan adalah mati”.
Kita beriman kepada Kristus, berarti hidup dalam perintah Kristus. Perintah ini bukan sebatas refleksi dalam konsep namun nyata dalam Tindakan.
Santo Paulus sendiri menegaskan hal itu agar setiap pengikut Kristus berjalan sesuai ajaran Kristus perkataan atau perbuatan-Nya. Ia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani.
Hasrat ini telah Ia sendiri salurkan dalam diri para pengikut dan saksi-saksi-Nya, termasuk Santo Paulus. Tidak mudah untuk menjadi pewarta atau pelayan yang setia dalam perutusan. Para Rasul dari awal telah mengalami begitu banyak penderitaan, pencobaan dan penganiayaan.
Di tengah situasi demikian mereka tetap berkobar memberitakan Injil Kerajaan Surga. Semangat tanpa batas dan penuh pengurbanan inilah yang seharusnya diteladani pengikut Kristus saat ini.
Ungkapan “berbahagialah kamu bila dianiaya demi nama-Ku” merupakan salah satu dari ucapan Yesus Kristus dalam Alkitab. Ucapan ini terdapat dalam Injil Matius, dalam bagian yang dikenal sebagai “Pembahagiaan” atau “Berbahagialah” (Beatitudes).
Ucapan ini dapat ditemukan dalam Matius 5:11.
Di sini, Yesus mengatakan: “Berbahagialah kamu apabila karena Aku kamu dicela, dianiaya dan difitnahkan segala macam kejahatan oleh orang-orang. Bersukacitalah dan bergembiralah, sebab upahmu besar di surga; sebab demikian juga mereka telah menganiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.”
Pesan ini menekankan bahwa orang-orang yang dianiaya karena iman mereka dalam Yesus Kristus seharusnya bersukacita karena mereka akan mendapatkan upah yang besar di surga.
Hal ini juga menunjukkan bahwa penganiayaan terhadap pengikut Kristus adalah pengalaman yang dihadapi oleh banyak nabi dan orang-orang saleh. (Berlanjut)