Minggu 29 Oktober 2023.
- Kel. 22:21-27.
- Mzm. 18:2-3a,3bc-4,47,51ab;
- 1Tes. 1:5c-10.
- Mat. 22:34-40
CINTA kasih adalah inti dari kekristenan kita. Cinta kasih adalah ciri khas ajaran Kristus, yang mencintai kita sampai pada puncak pengorbanan-Nya di kayu salib.
Kasih-Nya yang tak terbatas membuka jalan bagi kita untuk mengalami kehidupan yang penuh makna dan harapan.
Cinta kasih Tuhan memiliki kekuatan untuk mengubah hati dan pikiran.
Ketika kita menerima dan hidup dalam kasih-Nya, hidup kita dipenuhi dengan sukacita, ketenangan, dan harapan.
“Aku pernah berpikiran hidupku habis, tidak lagi ada masa depan,” kata seorang ibu.
“Suamiku meninggalkan aku dan dua orang anak,” ujarnya. “Selain itu, saya harus merawat ibu yang sakit,” lanjutnya.
“Beban hidupku kurasakan sangat berat. Semuanya jadi tidak mudah,” lanjutnya lagi.
“Tuhan tidak tidur, inilah yang saya rasakan, karena selalu saja ada pertolongan Tuhan dalam setiap masalah yang kami hadapi,” paparnya.
“Semakin saya merawat ibu dengan penuh kasih, usaha cattering dan warung makan kami, laris dan banyak membawa rezeki,” ujarnya.
“Pengalaman itu, membuat kami tidak takut menjalani hidup ini, kami tahu Tuhan ada, dan Tuhan akan memberikan yang terbaik ketika saya berbuat baik pada orang lain,” sambungnya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”
Orang yang mengasihi Allah pastilah juga mengasihi sesama. Jika seseorang tidak mengasihi sesama, itu artinya ia tidak mengasihi Allah. Kedua perintah ini adalah inti dari seluruh hukum Allah.
Kebutuhan untuk dicintai yang dapat dipuaskan dengan penerimaan dan pengakuan orang lain adalah hal yang normal.
Tetapi ketika kita tetap mencintai meski kita ditolak dan dibenci itu merupakan keutamaan kasih Kristiani.
Kasih yang sejati yang diajarkan Yesus tidak bersifat hierarkis melainkan holistik dan integratif antara mengasihi Allah, diri sendiri, dan sesama.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku telah mengasihi Allah, diri, dan sesama dengan benar?