DALAM arti tertentu orang pernah terpukul. Ada macam-macam pukulan: berat dan ringan. Ada yang terpukul secara ekonomi, ada yang terpukul secara mental. Misalnya, mengalami pukulan berat, karena dikhianati suami atau isteri terkasih. Ada pula yang merasa kecewa, karena pelayanan tulusnya di gereja dibalas dengan fitnah dan tuduhan ngawur.
Thomas dalam Injil hari ini (Yohanes 20:19-31) adalah salah seorang yang terpukul imannya. Ketika rasul-rasul lain mengatakan kepadanya bahwa mereka telah melihat Tuhan Yesus, dia tidak percaya (Yohanes 20:25).
Apakah dia memang tidak percaya bahwa Yesus bangkit? Mungkin, dia belum sembuh dari trauma akibat sengsara dan wafat Yesus. Bisa jadi, seperti murid yang lain, dia juga ketakutan dan bersembunyi. Sulit baginya memahami bahwa Yesus yang mengajarkan kebaikan, memberi makan orang lapar, menyembuhkan orang sakit, dan membangkitkan orang mati harus mengalami sengsara dan kematian seperti itu.
Mengapa orang benar harus menderita? Thomas bagai mengalami krisis iman.
Baru ketika Yesus menjumpainya dan menunjukkan tangan dan lambung-Nya yang terluka, Thomas percaya. Lalu berkata, “Ya Tuhanku dan Allahku.” (Yohanes 20:28). Apa makna ungkapan itu dan apa yang dapat kita renungkan?
Pertama, trauma iman bisa terjadi pada siapa saja. Ada orang beriman yang terpukul oleh pengalaman buruk seperti sakit, kehilangan orang yang dikasihi, atau merasa ditinggalkan Tuhan. Ketika mengalami hal itu, banyak yang kehilangan imannya. Mereka tidak percaya bahwa Tuhan itu ada. Orang lain sulit meyakinkannya. Tuhanlah yang bisa melakukannya.
Kedua, Tuhan meneguhkan mereka yang terpukul imannya. Tuhan tidak membiarkan Thomas kehilangan imannya, tetapimenjumpainya dan menunjukkan tangan dan lambung-Nya (Yohanes 20:27). Mengapa tangan dan lambung?
Dalam Kitab Suci, tangan menunjukkan karya Tuhan. Dengan tangan-Nya yang kuat Tuhan membebaskan bangsa Israel dari Mesir. Lewat tangan-Nya yang dipaku pada kayu salib, Yesus menyelamatkan dunia. Itulah karya agung Tuhan.
Dari lambung Yesus mengalir darah dan air. Keduanya menunjukkan hidup seseorang. Darah dan air itu melambangkan sakramen-sakramen Gereja yang memberikan kehidupan. Dengan menumpahkan darah dan air, Yesus memberikan seluruh hidup-Nya bagi dunia dan menjadikannya ciptaan baru.
Orang beriman tidak imun terhadap pukulan, kekecewaan, dan pelbagai trauma. Ketika berada dalam situasi itu, ada yang putus asa dan meninggalkan Tuhan. Namun, ada pula yang justru makin kuat imannya. Para orang kudus (santo dan santa) adalah contohnya. Mereka percaya bahwa Tuhan selalu menyertai mereka yang menderita karena iman dan menunjukkan kasih-Nya yang meneguhkan.
Apakah kita juga tetap percaya ketika harus menderita karena iman?
Minggu, 7 April 2024
Albherwanta, O.Carm.