Home BERITA Kasih yang Sempurna Seperti Bapa

Kasih yang Sempurna Seperti Bapa

1
Ilustrasi (Ist)

Puncta 19.02.23
Minggu Biasa VII
Matius 5: 38-48

PERJUMPAAN dengan teman lama, Romo Levi SVD sungguh menyenangkan. Setelah 40 tahun lebih tidak bertemu, kami bisa ketemu dalam acara reuni eks Mertoyudan awal bulan Januari 2023 lalu.

Ia cukup lama bertugas di pedalaman Papua New Guinea (PNG).

Menurut ceritanya, wilayah pedalaman yang sangat udik dan primitif masih lebih luas daripada wilayah perkotaan di daerah pantai.

Hukum adat masih sangat kuat. Ada begitu banyak suku yang ada di pedalaman Papua Nugini.

Hukum lama yang dianut oleh suku-suku di pedalaman masih berlaku. Perang antar suku karena masalah kelompok sering ditemui. Berlaku juga hukum balas dendam; mata ganti mata, gigi ganti gigi untuk menyelesaikan masalah.

Kalau salah satu anggota suku dicelakai, maka suku itu akan membalas sampai impas kerugian yang dialami.

Hukum ini digunakan untuk membatasi orang atau kelompok melampiaskan dendam secara membabi buta. Harus ada pembatasan yang adil.

Kalau menghilangkan satu gigi, ya hanya diganti dengan satu gigi. Tidak boleh semua gigi dihantam sampai “rompal ompong peyot”.

Tetapi Yesus menerapkan hukum secara progresif. Ia tidak mau menggunakan hukum yang merugikan semua. Ia ingin memutus rantai balas dendam.

Maka Yesus mengatakan, “Kamu telah mendengar yang difirmankan, ‘Mata ganti mata dan gigi ganti gigi.’ Tetapi Aku berkata kepadamu; janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.”

Juga ada firman, “Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu; Kasihilah musuhmu, dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.”

Kotbah Yesus di bukit ini sering digunakan Mahatma Gandhi untuk menyatukan faksi-faksi dari banyak suku dan kelompok di India, agar mereka bersatu hidup rukun sebagai saudara.

Gandhi pernah berkata, “Jika kita semua hidup menurut prinsip mata ganti mata, maka dengan cepat seluruh dunia akan menjadi buta.”

Yesus mendasarkan ajaran-Nya itu dari kasih Bapa sendiri. Bapa mengasihi semua orang tanpa membeda-bedakan.

“Karena dengan demikian kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di surga, yang menerbitkan matahari bagi orang jahat dan orang yang baik; yang menurunkan hujan bagi orang yang benar dan bagi mereka yang tidak benar.”

Yesus mengajarkan apa yang dibuat Bapa bagi semua manusia. Kasih Allah itulah yang menjadi dasar kasih kita kepada sesama. Yesus mengajak kita menjadi sempurna sebagaimana Allah yang di surga adalah sempurna.

Ada banyak tokoh dunia berjuang untuk menyebarkan kasih sejati tanpa kekerasan atau balas dendam yang diajarkan Tuhan Yesus.

Misalnya, Mahatma Gandhi, Nelson Mandela, Martin Luther King Jr, Abraham Lincoln, Dalai Lama dan masih banyak lagi. Ajaran Yesus ini menjadi inspirasi banyak orang.

Kita pun juga dipanggil menyebarkan kasih tanpa pamrih, tanpa membeda-bedakan, pun pula berani mengasihi musuh dan mendoakan mereka. Bersediakah kita?

Berguling-guling sampai baju lusuh,
Ternyata mimpi dengan Lady Diana.
Jika belum bisa mengasihi musuh,
Mari kita berusaha mendoakannya.

Cawas, hadiah paling indah adalah kasih…

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version