Ketika ia sedih, aku hadir membawa kegembiraan untuknya. Saat dia mengalami keraguan, aku datang memberikan kepastian baginya. Ketika ia putus asa, aku setia menyumbangkan harapan kepadanya. Saat ia mengalami musibah dan menangis, aku ada di sisinya, menghiburnya. Akhirnya kami saling mendukung, membangun dan membutuhkan.
Maka,
kasih dan cinta akan berpelukan
damai dan kegembiraan akan berangkulan
kepastian dan rasa optimis akan seiring bersama
harapan dan masa depan bagaikan rumput hijau yang luas
yang siap memberi kesegaran dan kekuatan bagi kita
karena kau adalah saudaraku dan aku saudaramu.
Karena itu,
Kesedihan bukanlah untuk ditangisi. Tangisan bukan untuk disesali.
Penyesalan bukan untuk putusa asai, tapi pelajaran untuk bangkit lagi. Mari kita mengobah air mata itu menjadi mata air, kesedihan menjadi suka cita dan kegembiraan. Bersama kita bisa karena kau adalah saudaraku dan aku saudaramu.
Saudara-saudari terkasih dan teman-teman sekalian, ketidak saling mengenalan antara kita secara fisik bukanlah problem di antara kita untuk merajut kasih dan menyulam persaudaraan. Jarak yang jauh juga bukan merupakan kendala untuk mentautkan hati lewat doa dan sapaan, “Jauh di mata dekat di hati”. Dia, Sang Kasih Sejati mempersatukan kita dalam iman dan doa. Dia yang telah menjanjikan hidup itu akan indah pada waktunya. Semoga kasih kita dalam iman, dan kasihmu juga dalam iman bersama keluarga menjadi cerminan bahwa kita adalah saudara yang dipersatukan Allah lewat Yesus Kristus, Putera-Nya. Amin.
Allah memberkatimu, keluarga dan anak-anakmu.