PANAS masih saja terus membakar pori-pori kulit. Lonceng kapel Novisiat SVD Santo Yosef Nenuk, Atambua, Nusa Tenggara Timur dibunyikan. Sahutan lolongan anjing pun berkumandang beriringan bersama bunyi lonceng Kapel yang dibunyikan petugas.
Tepat pukul 08.00 Wita, Selasa (25/8/2015), sebanyak 54 “petugas kebersihan” alias Frater Novis I SVD dengan memakai pakaian adat masing-masing daerah serta di belakangnya puluhan para Imam SVD berkumpul di depan Kapel Novisiat SVD Nenuk memulai Misa Penerimaan Jubah. Di depannya, terdapat ajuda pembawa salib dan lilin yang ditemani Pater Alex Magu SVD mengajak para Frater dan Imam SVD dengan berarak menuju Aula Santo Arnoldus Jansen. Pada kiri kanan jalan, terdapat segelintir umat yang memotret arakan tersebut dengan menggunakan kamera dan handphone. Suasana penuh hikmat dan religius tampak kembali menyatu dalam keheningan, ketika lantunan koor dari Paroki Santo Antonius Padua, Nela membahana. Semua mata umat tertuju kepada koor dan arakan tersebut.
Setelah barisan ajuda pembawa salib dan lilin yang ditemani ke-54 para Frater penerima jubah dan barisan para Imam memasuki Aula, teriakan koor lewat kidung-kidung rohani yang terasa menyentuh hati, mengajak semua umat yang hadir pada saat itu semakin membenamkan dirinya masing-masing dan masuk ke dalam palungan untuk memeriksa batin sebagai awal memasuki pintu pertobatan. Memang, semua ciptaan-Nya tak ada yang sempurna. Atau sang maestro Ebiet G Ade, lewat lirik lagunya bahwa untuk membersihkan diri dari dedaunan dosa “kita mesti telanjang”.
Sembari masuk ke dalam suasana “kita mesti telanjang”, terlontar sebuah ajakan pertobatan yang diucapkan oleh konselebran utama Pater Cornelis Dosi SVD sebagai pengganti Pater Provinsialat SVD Timor bahwa sebenarnya “Apakah yang kamu cari?” sebagai tema sentral atas Misa Penerimaan Jubah bagi ke-54 Frater Novis I SVD Nenuk.
“Apakah yang kamu cari? Di sini (biara SVD) tidak ada keselamatan. Mengapa kalian 54 orang lelaki tambun ini, mau mengikuti Yesus dengan bergabung ke dalam pangkuan Santo Arnoldus Jansen lewat tarekat SVD? Ini juga merupakan perkenalan awal yakni kalian akan mengenal Yesus secara lebih mendalam dan kalian juga akan mengenal SVD sebagai bagian dari hidupmu. Cangkul, sabit, parang, linggis, sapu lidi dan tong sampah akan kalian jadikan sebagai “rekan” untuk mencari sesuatu yang hendak dicari sebagai pegangan. Tentunya dalam pencarian itu, kaki dan tangan kalian akan “berdarah”. Ketika semua tubuh kalian keluar “darah”, kalian mesti berdenyung dalam hati. Sebab, perjalanan yang sedang kalian tenun itu bukanlah sebuah jahitan. Dalam jahitan tersebut, kalian pasti akan menemukan jawabannya,” kata Pater Cornelis Dosi SVD dalam homili singkatnya.
Sehabis homili, ke-54 Frater dipanggil menurut masing masing nama. Setelah itu, ke-54 Frater berlutut sebagai tanda kerapuhan untuk mengikuti-Nya. Lalu masih tetap dalam barisan, mereka bangkit berdiri dan maju berdua menuju panti Imam tepatnya di depan Pater Cornelis Dosi serta ditemani 2 Imam SVD sebagai pengganti Provinsialat SVD untuk menerimakan Jubah terhadap ke-54 Frater Novis I tersebut.
Sebelum meneriman Jubah, ke-54 Frater itu memberikan hormat kepada Yesus yang diwakili oleh ke 3 Imam SVD sebagai tanda kerendahan hati. Kemudian mereka menerima Jubah yang telah diberkati sebelumnya.
Menariknya, segelintir umat dan orangtua serta keluarga dari masing-masing ke-54 Frater itu menangis terharu ketika melihat masing-masing anaknya berani mengambil dan memilih jalan sebagai “petugas kebersihan” bagi-Nya. Apalagi di zaman yang serba canggih ini, ternyata masih terdapat lelaki perjaka yang dipanggil oleh-Nya sebagai “petugas kebersihan” yang akan bekerja membersihkan pekarangan-Nya yang ditumbuhi berbagai semak belukar. Sehingga pekarangan-Nya itu sungguh dijadikan tempat untuk mensemaikan benih-benih unggul dalam menjahit dan menjaring serta membabtis sesamanya yang masih kafir untuk ditobatkan.
Kons, seorang umat yang mengikuti Misa Penerimaan Jubah mengatakan, “selayaknya mereka yang telah menyatakan diri untuk bekerja sebagai “petugas kebersihan”, hendaknya tidak berulah dengan tidak menghargai panggilan yang telah dipilihnya. Sebab, ketika mereka berulah dengan tidak menghargai panggilannya dan mengecewakan domba-dombanya, di situlah mereka membuka kran atau kesempatan bagi domba-dombanya untuk tidak lagi menghargai dan mengikuti ajakan mereka tentang kebaikan dan keburukan. Zaman ini sungguh menantang orang untuk tidak mengecewakan umat dengan alasan apa pun. Hargailah panggilan sebagai “petugas kebersihan”, karena kalianlah pemegang kunci kebenaran. Jika kunci itu dijatuhkan ke dalam tong sampah, maka sia-sialah mereka bekerja membersihkan pekarangan-Nya,” ucapnya mengingatkan.
Sebelumnya, pada 15 Agustus 2015, telah diadakan Misa Pengikraran Kaul I bagi ke 24 Frater Novis II SVD di Aula Santo Arnoldus Nenuk Jansen, Atambua.