Home BERITA Keangkuhan Tidak Menyelamatkan

Keangkuhan Tidak Menyelamatkan

0
Ilustrasi -karyawan muda yang angkuh by ist

Minggu, 23 Oktober 2022

  • Sir. 35:12-14,16-18.
  • Mzm. 34:2-3,17-18,19,23.
  • 2Tim. 4:6-8,16-18.
  • Luk. 18:9-14.

MENGAPA kita tidak boleh sombong? Sebab kita ini adalah makhluk yang lemah. Pantaskah makhluk yang lemah itu bermegah-megahan dan sombong di hadapan Tuhan dan sesama?

Namun pada kenyataannya masih banyak orang yang lupa hakikat dan jatidirinya.

Mereka begitu sombong dan angkuh untuk menerima kebenaran, merendahkan orang lain, serta memandang dirinya sempurna segala-galanya.

“Pertikaian adalah hal yang lumrah terjadi pada sebuah pernikahan,” kata seorang ibu.

“Namun, bila suami selalu berkata kasar tiap kali bertengkar, tentu hal tersebut sangat menyakiti hati,” sambungnya.

“Keadaan tak jarang makin keruh dan tidak berujung pada penyelesaian,” ujarnya.

“Suamiku berperilaku seperti itu, sejak kantornya mengalami kesulitan finansial,” ujarnya.

“Dulu dia minta saya untuk resign dari pekerjaan, dan mengurusi rumah tangga,” paparnya.

“Namun setelah berjalannya waktu, karier suamiku seakan mentok, dan dia merasa sangat berat memenuhi kebutuhan keluarga,” katanya.

“Seringkali tanpa dia sadari dia marah dan mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan,” lanjutnya.

“Suamiku berubah, dia merasa paling berjasa di dalam kelaurga. Dia akan sangat marah jika kami menyanggah omongannya, dan kemudian dia akan tidak segan-segan bicara kasar dengan saya dan anak-anak,” urainya.

“Walau sakit hati dengan apa yang ia katakan, kami berbesar hati untuk tidak membalas perkataan kasarnya,” ujarnya.

“Saya merindukan suamiku yang dulu, keluargaku yang sederhana namun saling menyayangi satu sama lain,” tegasnya.

“Doaku dan anak-anakku setiap hari, kami ingin Tuhan mengembalikan suamiku yang berhati lembut dan penuh kasih sayang,” ujarnya.

“Suami yang dengan rendah hati mengajak kami berhimpun berdoa, baik di Gereja maupun di rumah,” urainya.

Dalam bacaan Inji hari ini kita dengar demikian,

“Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini:

“Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai.”

Tidak ada pernikahan yang dapat berhasil, jika salah satu antara suami dan isteri berupaya untuk mengubah pasangannya.

Ketika konflik terjadi, diam saja jelas salah, tetapi berespon dengan negatif juga tidak pernah menghasilkan kebaikan dalam pernikahan.

Cara lain yang dapat berhasil adalah mengubah diri sendiri atas hal-hal yang menjadi masalah bagi pasangan kita, sehingga akhirnya pasangan pun bisa berubah setelah melihat perubahan dari pasangannya.

Hanya dengan kerendahan hati yang dalam kita bisa menyelamatkan biduk rumah tangga kita bahkan kehidupan kita.

Kesombongan dan keangkuhan hanya menghasilkan nestapa dan banyak luka.

Bagaimana dengan diriku Apakah aku bersikap rendah hati dan tidak sombong di hadapan Tuhan dan sesama?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version