Home BERITA Kebesaran Hati dan Tahu Diri

Kebesaran Hati dan Tahu Diri

0
Ilustrasi pembaptisan Tuhan Yesus oleh Yohanes Pembaptis

Sabtu, 11 Januari 2025

1 Yoh 5: 14-21
Mzm 149: 1-2.3-4,5,6a,9b
Yoh 3: 22-30

DI dunia ini, kita sering melihat dua jenis orang: mereka yang mencari kebesaran dengan mengecilkan orang lain, dan mereka yang menjadi besar dengan membesarkan orang lain.

Dua jalan ini membawa hasil yang sangat berbeda, tidak hanya bagi diri sendiri tetapi juga bagi lingkungan sekitar.

Orang yang berusaha menjadi besar dengan merendahkan orang lain mungkin berhasil mendapatkan kekuasaan atau pengaruh sesaat.

Namun, ia menciptakan luka di hati orang lain, kehilangan kepercayaan, dan akhirnya hidup dalam kesendirian. Kebesarannya hanya terlihat dari luar, namun di dalam ia rapuh dan penuh kehampaan.

Sebaliknya, seorang yang besar sejati adalah ia yang mampu melihat potensi dalam setiap orang, bahkan ketika orang itu sendiri tidak menyadarinya. Ia bukan hanya menciptakan ruang bagi orang lain untuk berkembang, tetapi juga memberi mereka kepercayaan diri untuk tumbuh.

Kebesarannya tidak dibangun dari runtuhan orang lain, tetapi dari pondasi cinta, penghargaan, dan kebaikan yang ia sebarkan.

Yohanes Pembaptis memilih untuk membesarkan orang lain, yakni Tuhan Yesus. Dengan menunjukkan bahwa Yesus harus lebih besar dari dirinya sebenarnya dia sedang membangun hubungan yang lebih bermakna dan kokoh dengan Allah.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, Jawab Yohanes: “Tidak ada seorang pun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari surga.

Kamu sendiri dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya.”

Tidak mudah memiliki kebesaran hati dan tahu diri seperti Yohanes. Tatkala para murid melapor kepada Yohanes tentang Yesus yang juga membaptis di sungai Yordan dan begitu banyak pengikut-Nya, ia justru menunjukkan kebesaran hatinya.

Yohanes turut bersukacita ketika mendengar Yesus, Sang Empunya mempelai perempuan itu, telah memperdengarkan suara-Nya. “Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh. Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.”

Ucapan ini mencerminkan hati yang tulus, tidak terikat oleh ambisi pribadi, dan dipenuhi sukacita atas keberhasilan Yesus dalam menjalankan misi-Nya.

Yohanes tidak melihat keberhasilan orang lain sebagai ancaman, tetapi sebagai bagian dari rencana Tuhan yang agung.

Kebesaran hati seperti itu tidaklah mudah. Kita sering kali bergumul dengan perasaan iri, cemburu, atau bahkan merasa kalah ketika orang lain mencapai sesuatu yang mungkin kita impikan.

Di sisi lain, tantangan juga muncul ketika kita diajak untuk turut merasakan penderitaan orang lain. Empati yang tulus membutuhkan hati yang lembut, bebas dari ego, dan penuh kasih.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku bisa bersyukur atas keberhasilan orang lain?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version