Bacaan 1: T. Dan 13:1-9. 15-17. 19-30. 33-62
Injil: Yoh 8:1-11
Dalam Pemilihan Presiden 2019 lalu, ada satu peristiwa yang sangat memalukan. Seorang perempuan melakukan kebohongan publik, seolah-olah ia dianiaya seseorang hingga mukanya babak belur. Tujuannya jelas, mencoreng pemerintahan Presiden Joko Widodo dan usaha menaikkan citra lawan politiknya.
Namun pada akhirnya pengadilan membuktikan kebohongan memalukan itu. Ia pun dihukum, kebohongannya telah menentukan nasibnya sendiri.
Bagi sebagian orang, kebohongan itu indah jika tidak ketahuan.
Namun seorang pembohong sejati harus memiliki syarat:
- Sadar berbohong (bukan khilaf)
- Konsisten berbohong
- Bohong adalah kebiasaan
- Bohong adalah karakter
Sepandai-pandai tupai melompat, suatu kali jatuh juga. Mantan Presiden Amerika Serikat ke-16 mengatakan, “No man has a good enough memory to be a successful liar.”
Daniel membuktikan Ul. 19:16-21, bahwa kebohongan seseorang akan menentukan nasibnya sendiri. Orang akan dihukum sesuai dengan rencana jahat yang telah ia susun sendiri.
Dua orang tua-tua yang diangkat menjadi hakim malah mencederai jabatannya dengan menaikkan tuduhan palsu. Dan Suzana telah mengajarkan tentang kemurnian, kesetiaan dan doa yang diganjar Allah.
“Namun demikian lebih baiklah aku jatuh ke dalam tangan kamu dengan tidak berbuat demikian, dari pada berbuat dosa di hadapan Tuhan.
Allah yang kekal yang mengetahui apa yang tersembunyi dan yang mengenal sesuatu sebelum terjadi, Engkaupun tahu pula bahwa mereka itu memberikan kesaksian palsu terhadap aku. Sungguh, aku mati meskipun tidak kulakukan sesuatupun dari apa yang mereka bohongi aku.”
Dan Tuhan mendengarkan doa Suzana.
Sebagai ulama Yahudi, ahli Taurat dan orang-orang Farisi mestinya membimbing umat untuk menuju kepada Allah. Namun ambisi duniawi telah membutakan “mata hati” mereka terhadap keilahian Yesus.
Mereka mencoba menjebak Yesus dengan kasus perzinahan seorang perempuan dengan maksud untuk ‘justifikasi’ Hukum Musa yang menghukum seorang pezinah dengan melempari batu hingga mati. Sehingga Yesus bisa dituduh melakukan kekerasan.
Namun Tuhan Yesus justru menunjukkan belas kasih-Nya pada perempuan yang kedapatan berzinah itu. Bukan berarti Tuhan Yesus mendukung perzinahan namun ada dua pesan dari sabda-Nya:
- Berkacalah dirimu sebelum menghakimi orang lain
- Tuhan memberi kesempatan seseorang bertobat
“Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”
Pesan hari ini
Kebohonganmu jelas akan menentukan nasibmu dimasa mendatang. Tuhan Maha Pengasih bagi mereka yang mau bertobat.
“Jangan berbohong jika ingin hidup bahagia.”