Home BERITA Kecelakaan, Pasca Operasi, Terapi, dan Tenaga Kesehatan (3)

Kecelakaan, Pasca Operasi, Terapi, dan Tenaga Kesehatan (3)

0
Ilustrasi: Para perawat RS Panti Rapih Yogyakarta di ruang penerimaan pasien by Sr. Yosefine CB.

VOLTAIRE mengatakan bahwa dunia kedokteran hanya membuat nyaman pasien, sedangkan alamlah yang menyembuhkan penyakitnya.

Itu ungkapan yang sangat tepat.

Dalam tulisan saya yang lalu berjudul Kecelakaan, saya singgung bahwa tubuh fisik manusia merupakan suatu sistem yang lengkap. Namun lupa saya sebutan bahwa tubuh fisik manusia memiliki fitur ‘self-healing capabilities/properties’, tubuh fisik manusia memiliki kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri.

Memang faktanya yang menyembuhkan adalah tubuh itu sendiri.

Namun bantuan upaya penyembuhan yang diberi oleh para tenaga kesehatan dengan segala ilmu, keahlian, dan pengabdian mereka membantu menciptakan kondisi agar proses penyembuhan oleh tubuh itu terjadi dengan lebih baik dan lebih mudah.

Sebagai contoh, proses penyembuhan orang yang sakit banyak terjadi, ketika yang bersangkutan bisa beristirahat, khususnya tidur.

Tapi, bila sedang mengalami sakit, orang itu bisa jadi merasakan kenyerian yang luar biasa sehingga tidak bisa istirahat-tidur.

Maka dokter membantu dengan meresepkan obat pereda nyeri, bahkan mungkin kalau terpaksa, obat penenang agar bisa tidur.

Para perawat juga membantu menciptakan kenyamanan orang itu sehingga bisa istirahat.

Demikian juga ketika, misalnya, mengalami patah tulang. Sebenarnya tulang akan bisa pulih sembuh kembali.

Tapi sembuh seperti apa?

Maka dari itu, dokter melakukan tindakan, misalnya dengan operasi, agar tulang tumbuh kembali pada posisi yang tepat, antara lain dengan memasang pen.

Dalam kondisi yang sangat lemah dan parah, tubuh fisik seorang yang sedang sakit mungkin tidak cukup mampu untuk menyembuhkan dirinya sendiri.

Maka dari itu mesti dibantu dengan berbagai alat, misalnya diberi pasokan oksigen, infus, transfusi, dan sebagainya.

Demikian pula dengan berbagai tindakan operasi, pemberian obat, maupun aneka terapi lainnya.

Intinya, menciptakan kondisi agar orang yang sedang sakit itu lebih mampu menyembuhkan dirinya sendiri.

Maka, di sinilah peran sangat vital dari mereka yang berkecimpung dalam dunia kesehatan khususnya tenaga kesehatan, baik itu para dokter, perawat, operator alat-alat medis, dan sebagainya.

Bahkan juga sebenarnya mereka yang bekerja sebagai ‘cleaning service’ di rumah sakit yang membuat tempat itu menjadi lebih bersih dan nyaman.

Maka, selain bank, barangkali pengembangan sumber daya manusia yang paling canggih adalah di bidang tenaga kesehatan.

Bank sudah dianggap bagus bila mulai dari satpam, layanan nasabah, teller, pemelihara alat-alat seperti ATM, dst., melakukan pelayanan yang lancar dan ramah.

Sabarnya nakes

Namun mereka praktis melayani orang-orang yang sehat. Sedangkan yang dihadapi para tenaga kesehatan adalah orang-orang yang sakit.

Ketika dirawat, pernah saya kemukakan pujian kepada perawat bahwa mereka bisa sabar terhadap orang sakit yang kadang rewel seperti saya.

Dan saya terkejut atas jawabannya, ‘tidak ada yang rewel. Yang kami hadapi itu orang yang merasakan kesakitan, dan kami mencoba membantu meringankan penderitaan itu’.

Saya tertegun.

Mereka ini juga seperti kita, mungkin mengalami berbagai masalah di rumah, atau menghadapi persoalan lain yang memusingkan. Namun mereka mesti berangkat kerja, kadang dapat giliran jaga malam, dan mereka mesti menghadapi orang-orang sakit yang mungkin rewel, mengerang kesakitan, atau membutuhkan bantuan untuk fungsi-fungsi dasar seperti makan, kencing, dan BAB.

Dan yang lebih luar biasa lagi adalah banyak dari mereka yang melakukan semua layanan itu dengan gembira. Terus terang, saya tidak akan sanggup seperti itu.

Kata ‘patient’ dalam bahasa Inggris bisa berarti ‘sabar’ dan bisa juga berarti ‘orang yang menderita’.

Maka sebenarnya istilah itu lebih tepat disematkan kepada para tenaga kesehatan, khususnya para perawat, karena mereka lah orang-orang yang ‘sabar’ ketika harus ‘menderita’ menghadapi orang-orang sakit.

Pernah terlintas, seandainya benar ada tumimbal lahir, atau seandainya saya dapat mengulagi lagi hidup saya dari awal, apakah saya mau menjadi seorang tenaga kesehatan?

Tentu serta merta saya jawab, “Tidak!”

Saya tidak punya ‘passion’, saya tidak punya ‘attitude’ dan ‘aptitude’ untuk menjadi seorang tenaga kesehatan.

Tetapi dengan senang hati saya mau menjadi seorang engineer yang menciptakan berbagai alat kesehatan sehingga layanan kesehatan dapat disediakan dengan mudah, murah, dan di mana saja, bagi siapa saja.

Juga saya senang menjadi seorang peneliti yang berkecimpung dalam dunia biologi, rekayasa genetika, farmasi, dan sebagainya sehingga bisa menciptakan berbagai prosedur maupun obat demi kesehatan manusia.

Barangkali, menjadi seorang tenaga kesehatan itu semacam ‘panggilan’.

Tidak semua orang mesti menjadi seorang tenaga kesehatan. Namun bila orang terpanggil menjadi tenaga kesehatan, sudah selayaknya ‘panggilan’ itu dijalani dengan sepenuh hati sebagai darma bakti yang istimewa bagi kemanusiaan.

Marcx 20/12/2021

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version