Home BERITA Kecemasan Seorang Bapak

Kecemasan Seorang Bapak

1
Ilustrasi: (Ist)

WAKTU merambat teramat lambat di pekan pertama Februari, saat empat hari menemani anak sulung konsultasi dokter ahli. Harus segera periksa laboratorium guna bisa memastikan kapan tindakan medik sebaiknya harus dilakukan.

Pikiran berkecamuk, melayang dari kecemasan ke gundah, dari galau ke marah.

Selalu terbersit, mengapa ini sampai menimpa anakku?

Terbayang hari-harinya yang panjang seperti benang seolah terpotong dan tinggal sejengkal. Laju matahari pun seolah cuma beringsut, malah seperti lumpuh. Terasa panjang lebih panjang dari biasa.

Perasaan menjadi makin tak menentu saat anak menulis aku siap mati. Pengalaman imannya menyentak batin, tak terbayangkan. Lebih matang dan dewasa dari pada ayahnya yang tiap hari nulis Lectio Divina atau ibunya yang mengajar di sekolah minggu.

Tanpa emosi, amarah, protes. Semua dihadapi dengan ringan saja. Tanpa beban.

Jumat pekan kedua Februari pukul 10:00, mampir ke Jlegong, pemakaman Katolik Paroki Wonosobo. Di depan pusara bapak, terucap, “mBah Wahyo, mBah Madi, nuuwun pangestu. Keng wayah, Pei-Pei, badhe operasi ing Jakarta Minggu ngajeng.”

Saat ikut misa Sabtu sore, hanya terucap, “Lord, help my daughter.”

Sekarang, saat hendak meninggalkan ruang rawat, RS Yarsi, 1109, sulit melukiskan yang dirasa. Dada terasa sesak. Mulut tercekat.

Berdoa bersama anak pun cuma diam. In silentio. Ditutup: Gloria Patri et Filio et Spiritui Sancto. Sicut erat in principio et nunc et semper et in saecula saeculorum. Amen.

17.02.2025. bm-1982. ac eko wahyono. rs yarsi, jelang 19:00.

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version