Home BERITA Kegiatan Masa Adven, Rasul Cilik Paroki Katedral Malang Kunjungi Taman Doa Parantijati

Kegiatan Masa Adven, Rasul Cilik Paroki Katedral Malang Kunjungi Taman Doa Parantijati

0
Para Rasul Cilik dari Paroki Katedral Malang kunjungi Taman Doa Parantijati Malang. (Laurensius Suryono)

PELATARAN Taman Doa Paranti Jati sungguh luas. Plus ditambahdengan banyak ikon yang dapat membantu kita untuk berdoa dan berdevosi.

Minggu pagi tanggal 4 Desember 2022, sekitar pukul 08.00 WIB, Rasul-rasul Cilik Paroki Katedral Malang beserta para pendampingnya pergi bertandang ke Taman Doa. Naik tiga angkot. Perjalanan membutuhkan waktu 40 menit dari Gedung Widya Bhakti di Jalan Guntur, Kota Malang.

Bruder Widi O.Carm telah siap menyambut mereka di ruang pertemuan. Dengan kata pengantar singkat atau tanpa panjang lebar, ia mengajak semua yang datang untuk berdoa yang dipimpin oleh salah satu anak Rasul Cilik.

Pelataran Doa di Taman Doa Parantijati Malang. (Laurensius Suryono)

Tempat pertama yang dituju adalah Pelataran Utama yang berbentuk segitiga dengan Patung Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel yang menggendong Kanak-kanak Yesus di sudut pelataran.

Pelatarannya luas dan bersih dapat menampung 100 pengunjung yang hendak berdoa secara bersamaan. Pada dinding kiri dan kanan tertulis aneka doa yang dapat didoakan siapa saja yang datang.

Selanjutnya, mereka diantar ke ikon Jalan Salib. Ada 14 perhentian jalan salib yang berbentuk dinding bergambar layaknya di dalam Gereja-gereja Katolik.

Namun, kali ini pada setiap perhentian juga tertulis dalam berbagai bahasa berbeda: Latin, Aram, Ibrani, Yunani, Indonesia, Inggris, Italia, Mandarin, Madura, Bali, Jawa, Riung Ngada, dan Manado.

Ikon-ikon Perhentian Jalan Salib di Taman Doa Parantijati Malang. (Laurensius Suryono)
Taman Doa Parantijati dan Kolumbarium di Malang di mana menjadi tempat tujuan perjalanan para Rasul Cilik Paroki Malang. (Laurensius Suryono)

Fr. Widi O.Carm menawari anak-anak, “Siapa yang ingin membaca doa?” tentu sesuai dengan bahasa yang tertulis di dinding” pada setiap perhentiannya.

Tampilah Vita, murid SDK Santa Maria III, lalu membaca teks bahasa Latin. Kemudian Berty dari SD Cor Iesu Malang membaca teks bahasa Inggris, dan Darell dari SDK Kolese Santo Yusup Malang membaca teks berbahasa Jawa dengan lancar.

Anak-anak mengucapkan rumus teks Doa Bapa Kami di Taman Doa Parantijati Malang. (Laurensius Suryono)
Penampakan Gua Maria di Taman Doa Parantijati Malang. (Laurensius Suryono)

Pada ujung Ikon Jalan Salib ini terdapat gua buatan yang menggambarkan Tuhan Yesus bangkit dari kematian.

Dalam taman doa yang sudah tertata rapi dengan aneka bunga dan jalan setapak ada pula ikon yang menggambarkan perjalanan hidup Bunda Maria.

Satu per satu, Br. Widi O.Carm menjelaskan dengan ramah sambil sesekali bertanya kepada anak-anak: 

1. Bunda Maria yang sedang menerima kabar gembira dari Malaikat Tuhan, bahwa ia akan mengandung dari Roh Kudus. 

2. Bunda Maria bersama Bapa Yusup dan bayi Yesus mengungsi di Mesir, setelah sebelumnya Bapa Yusuf diingatkan di dalam mimpinya untuk menyelamatkan bayi Yesus karena akan dibunuh oleh Raja Herodes. Ikonnya berwarna cokelat tua hendak menunjukkan suasana prihatin.

3. Keluarga Kudus Yesus Maria dan Yosep di Nazaret dilukiskan dengan suasana sebuah keluarga yang bahagia dan ceria.

4. Bunda Maria menerima jenazah Yesus di pangkuannya, setelah Yesus mengalami sengsara dalam perjalanan menuju Golgota dan kemudian disalib, patung pieta putih bersih.

5. Penampakan Bunda Maria di Lourdes, Perancis Selatan.

Penampangan patung Yesus Pamarta Dati di Taman Doa Parantijati Malang. (Laurensius Suryono)

Perjalanan selanjutnya menuju patung Yesus Pamarta Dati, patungnya tinggi besar berwarna putih dengan kedua tangan merentang. Di depannya ada halaman yang luas. Seperti ingin  menyampaikan pesan, Yesus mewartakan kebaikan kepada semua orang; juga kepada anak-anak.

Maka, Br. Widi O.Carm berpesan, “Sebagai pengikut Yesus. kita juga mewartakan kabar kebaikan kepada semua orang.”

Dalam taman di depannya ada ikon gunungan bersalib dengan gambar Tuhan Yesus yang sedang memberkati mereka semua. Termasuk para malaikat, para pendoa dan mereka yang sedang bermeditasi memohon keselamatan serta pada saatnya bersatu dengan Tuhan.

Menurut Johanes Salib, suatu cara untuk mencapai kesempurnaan dilakukan dengan mendaki gunung; dengan beban barang secukupnya, apa yang tidak perlu sebaiknya kita tinggalkan.

Maka, pesan bruder kepada anak-anak, kata dia, kalau berdoa atau mengikuti misa jangan suka mengobrol dan atau dikit-dikit sering melihat HP.

Kolumbarium

Kolumbarium bisa bermakna tempat penitipan atau menyimpan abu jenazah yang diletakkan dalam sebuah guci; kemudian ditaruh dalam tempat yang sudah disediakan dengan penuh hormat.

Keluarga pemilik abu jenazah dapat mengunjungi dan mendoakannya, biasanya pada peringatan 40, 100, dan 1.000 hari pasca meninggal.

Namun, pada hari-hari biasa pun kolumbarium ini juga terbuka untuk umat yang ingin berdoa atau mendoakan keluarganya.

Kolumbarium Parantijati Malang di mana di sini telah dimakamkan jenazah Mgr. Pandoyoputro O.Carm dan Mgr. FX Hadisumarto O.Carm. (Laurensius Suryono)

Arti sebuah nama

Pada hari Minggu ini juga terlihat beberapa keluarga sedang berkunjung dan berdoa di Kolumbarium Parantijati; lalu berlanjut ke Taman Doa.

Sedangkan, Parantijati bermakna tempat peristirahatan yang terakhir, akhir tujuan hidup yang sejati agar mereka yang meninggal dunia dapat bersatu dengan Tuhan.

Setelah menyusuri satu ikon ke ikon lainnya di Taman Doa ternyata anak-anak yang tergabung dalam Rasul Cilik masih sanggup mengunjungi Kapel kecil di mana jenazah Mgr. FX Hadi Sumarto O.Carm kini dimakamkan di bawah altar persembahan.

Sampai di sini Bruder Widi masih sempat memberi pertanyaan kepada Rasul Cilik: “Siapakah nama Bapak Uskup Keuskupan Malang sekarang?”

Satu anak menjawab dengan tepat: Mgr. Henricus Pidyarto Gunawan O.Carm.

Pertanyaan dilanjut, “Siapakah nama Uskup Malang sebelumnya?”

Sekali lagi ada seorang anak dapat memberi jawaban dengan tepat: alm. Mgr. Pandoyoputro O.Carm.

Di belakang kapel ada sebuah gua berukuran sedang untuk menggambarkan gua tempat kelahiran Yesus dalam sebuah palungan di Betlehem lengkap dengan patung Bapak Yusup Ibu Maria dan para malaikat.

Bermain

Penjelasan singkat tentang Masa Adven dan kegiatannya disampaikan oleh Ketua Seksi KIS Bu Maria Endang di ruang pertemuan.

Selanjutnya anak-anak dibagi dalam lima kelompok, setiap kelompok didampingi satu pembina, mereka diajak bermain puzzle dan melihat diri pribadi melalui pertanyaan yang telah disiapkan “Mengapa bangga menjadi Katolik?”

Diperoleh jawaban, antara lain: Gerejanya banyak, ingin menjadi suci, diberkati atau bisa menerima berkat setelah misa, ingin menjadi umat Tuhan, dan aneka jawab lainnya.

Para Rasul Cilik dari Paroki Katedral Malang diajak bermain dan berdiskusi di Taman Doa Parantijati Malang. (Laurensius Suryono)

Dalam banyak hal acara yang diinisiasi oleh Bidang Pewartaan Paroki Katedral Malang berlangsung dengan baik. Anak-anak aktif dalam partisipasi dan bertanya.

Doa pembuka, doa makan dan penutup juga dipimpin oleh salah seorang anak dari antara mereka sendiri.

Menurut Ketua Bidang Pewartaan Bu Made, di Paroki Katedral ada sekitar 100 anak yang tergabung dalam Kelompok Rasul Cilik; namun kali ini mereka yang hadir sekitar 35 anak.

Sebelum berangkat tadi, saya sempat khawatir dengan abu vulkanik dari Gunung Semeru yang erupsi pagi dinihari ini, tapi syukur kepada Tuhan bahwa segala sesuatunya berjalan dengan baik dan lancar.

Berkat Tuhan selalu menyertai mereka yang berkehendak baik, maka sebelum mereka kembali pulang ke gedung Widya Bhakti mereka mendapatkan berkat Tuhan dari Romo Julian O.Carm yang pada siang hari ini hadir di Taman Doa dan Kolumbarium Parantijati.

Foto: L. Suryono

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version