Kamis, 14 Oktober 2021
Rm. 3:21-30a.
Mzm.130:1-6.
Luk.11:47-54
DI dalam hidup ini, kita tak perlu berupaya untuk menjadi seseorang yang disegani, apalagi ditakuti.
Tetapi jadilah seseorang yang berguna bagi siapa pun di sekeliling diri kita.
Menjadi pribadi yang bermanfaat adalah salah satu karakter yang harus dimiliki oleh seorang kristiani.
Dalam interaksi antar sesama manusia sehari-hari, sekurang-kurangnya ada tiga model yang berkembang di masyarakat.
Pertama, keberadaan seseorang bisa membuat susah orang lain dan ketiadaannya membuat bahagia orang di sekitarnya.
Kedua, kehadiran dan kepergian seseorang tidak terasa manfaatnya.
Ketiga, keberadaan seseorang yang membuat bahagia dan kepergiannya dirindukan.
“Saya baru kali ini, merasa sangat berat mengikuti aktivitas di Gereja,” kata seorang bapak.
“Banyak sudah pastor yang berkarya di paroki, tapi tidak sesulit dengan pastor yang saat ini berkarya di paroki kami ini,” lanjutnya.
“Banyak hal yang membuat kami sungguh bingung dengan sikap dan kebijaksaannya,” ujarnya.
“Bukan hanya soal inkonsistensinya dalam memegang kesepakatan, tetapi sering kali menggunakan standar ganda dalam pelayanan,” lanjutnya.
“Sikapnya sangat keras dan tidak mudah diajak diskusi. Semuanya dia putuskan sendiri,” ujarnya lagi.
“Namun ketika salah langkah, dia sembunyi dengan alasan sakit,” katanya.
“Kondisi seperti itulah yang membuat saya dan juga banyak umat bahkan pengurus gereja yang tidak bergairah mengikuti kegiatan menggereja,” katanya.
“Saya tahu ini tidak baik bagi hidup beriman kami. Namun, kadang saya kalah dengan perasaan kecewa yang saya rasakan,” katanya.
Dalam bacaan Injil kita dengar demikian.
“Celakalah kamu, hai Ahli-ahli Taurat, sebab kamu telah mengambil kunci pengetahuan; kamu sendiri tidak masuk ke dalam dan orang yang berusaha untuk masuk ke dalam kamu halang-halangi.”
Ahli Taurat mendapat mandat dan kuasa di bidang keagamaan yaitu mereka berhak menafsirkan sabda Tuhan dan membuat peraturan dan menetapkan standar hidup beriman sesuai dengan kebenaran sabda Tuhan.
Mereka di kritik Yesus karena menafsirkan kebenaran sabda Tuhan. Bukan sesuai kehendak Tuhan, namun menurut maunya mereka sendiri.
Di masa lalu dan mungkin di beberapa tempat masih demikian. Di dalam Gereja kita juga terjadi penyalahgunaan status tahbisan.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah kehadiranku membuat orang lain susah?