BAPERAN-BAcaan PERmenungan hariAN.
Jumat, 12 November 2021.
Tema: Di balik semua keindahan.
- Keb 13; 1-9.
- Luk. 17: 26-37.
TANGISAN bayi selalu mengagumkan, menarik perhatian. Ia menghadirkan kekaguman sekaligus cinta yang dibutuhkan untuk bertumbuh.
Kita tahu dari mana tangisan itu berasal. Tangisan dari surga. Ia mampu menghimpun orang-orang di sekitarnya untuk tersenyum dan belajar memandangnya dan mengambil tindakan kasih.
Tangisan itu mendorong orangtua keluar dari dirinya sendiri; memberi yang terbaik bagi anaknya. Ia mengurbankan keindahan tubuhnya. Hanya demi hidup anak-anaknya.
Sebuah kasih.
Siapa yang mampu mendengar tangisan, lebih-lebih tangisan penderitaan dan mengulurkan tangan, maka ia adalah yang berbahagia. Ia bertindak menanggapi panggilan surgawi.
Tuhan pun pernah menangis.
“Sedang sedihkah?” sapaku spontan melihat seorang selesai berdoa dengan mata berkaca-kaca.
“Nggak apa-apa Romo. Saya belajar percaya dan berserah. Semua yang saya alami tidak lepas dari kasih Allah,” jawabnya.
“Hmm…..baguslah.”
“Nggak sedih kok. Hanya kadang timbul rasa kasihan saja. Bagiku, itu bukan suatu halangan atau mengurangi kebahagian.
Saya telah meminta dari Tuhan. Ia pun berkenan memberi. Saya pun harus merawatnya. Namanya juga anak sendiri,” terangnya.
“Ada apa? Ada yang bisa dibantukah?”
“Begini romo. Saya ini single parent mempunyai anak empat. Semua tumbuh normal. Kebahagiaan kami sempurna.
Keadaan ekonomi semakin baik. Kami sepakat memohon Tuhan anak satu lagi, perempuan. Ketiga kakaknya laki- laki. Lengkaplah kebagian kami.
Dan Tuhan sangat baik. Tuhan mengabulkan,” kisahnya baru dimulai di sini.
Tapi.
“Pada masa kehamilan empat bulan, pasangan saya meninggal. Kecelakaan.
Sedihnya minta ampun. Ditinggal pergi selamanya oleh orang yang saya cintai. Saya sungguh kehilangan. Hampa. Tak percaya. Saya sangat bahagia bersama dia. Tak tergantikan. Pilu hati.
Tidak ada keributan yang berarti. Ia cukup tenang menghadapi gejolak keluarga. Semua yang dilakukan hanya demi keutuhan cinta dan keluarga. Saya tahu betul. Ia sungguh mencintai anak-anak dan saya.
Saya membesarkan anak yang keempat sendiri dalam rentetan kesedihan. Rasa sepi dan rindu membuat saya kurang memperhatikan kesehatan.
Saya membiarkan kesedihan itu menguasai hidup saya. Ini kesalahan besar saya, Mo.
Banyak teman dan saudara menghibur. Tak terkira airmata yang tercurah. Saya tidak menyalahkan siapa-siapa. Peristiwa sudah terjadi. Semua ada jalannya. Menerimanya adakah sebuah kelegaan batin.
Kadang ada dorongan untuk tidak menerima. Kadang ada pula kesadaran, inilah kenyataan hidup.
Saya harus terus berjalan, mendampingi anak-anak sendiri.
Saya telah berjanji merawat anak-anak sebaik mungkin.
Anak keempat saya kurang normal, Romo. Anak berkebutuhan khusus.”
“Ketiga kakaknya sudah besar, tidak merepotkan. Semua akur dan mengerti kerepotan mama untuk merawat adik yang keempat.
Waktu dan tenaga saya habis untuk membesarkan, menemani dan bermain bersama anak yang tempat ini. Kebetulan perempuan.
Saya yakin dia akan tetap tinggal bersama saya. Kemampuan untuk berkeluarga pun mengandaikan seorang pria yang sangat luar biasa untuk menerima keterbatasannya.
Bersusah payah untuk berjalan bersama dia.
Tadi saya berdoa tidak meminta apa-apa. Saya hanya meminta rahmat untuk dimampukan hidup bersama anak saya yang berkebutuhan khusus. Dan bahagia. Tidak ada cara lain kecuali kuasa kebaikan Tuhan. Pertumbuhan fisik normal. Saya takut meminta itu dari Tuhan. Dia tahu kerinduan dan jeritan hatiku.
Begitu Romo. Bantu doa ya Mo. Kami baik-baik saja kok Mo,” kisahnya berakhir.
Aku lalu mengenang masa-masa kecil mereka. Pun suaminya yang begitu baik aktif dalam hidup menggereja. Ia mencintai keluarganya.
Dan aku percaya tidak ada seorang pun yang terasing dari kedekatan Allah dan kuasa kasih-Nya yang mengagumkan.
Ia yang memelukmu dengan kelembutan cinta-Nya, Ia juga akan menyempurnakanmu. Terbukalah. Biarkan dia bertindak.
Tuhan berkata, “Barangsiapa berusaha membiarkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya, ia akan menyelamatkanya.” ay 33.
Tuhan, Engkaulah yang empunya. Hiburlah. Kuatkanlah. Amin.
Pengorbanan ibu dibalas dengan kebahagiaan