Puncta 10.07.23
Senin Biasa IV
Matius 9: 18-26
SEORANG pembuat film dan sutradara dari Yogyakarta pernah datang ke Pastoran Klepu tempat saya bertugas waktu itu. Ia minta saya memimpin misa syukur di Sendang Jatiningsih karena doanya dikabulkan oleh Tuhan.
“Tuhan sungguh luar biasa, Romo. Ia mengabulkan ujub doa saya selama novena di Jatiningsih,” bapak itu bercerita.
“Saya berdoa di Sendang Jatiningsih setiap Jum’at malam. Jam 22.00 saya mulai berdoa sampai larut malam. Saya sering tidur di pendopo Sendang. Sabtu pagi, saat gempa di Jogja saya pulang dari Jatiningsih. Kejadian gempa itulah jadi kilas balik Tuhan menunjukkan kuasa-Nya kepada saya.”
Kemudian dengan panjang lebar bapak ini menceritakan perjuangannya membuat film sejarah penguasa di Yogyakarta. Berbagai kesulitan, jatuh bangun, hambatan yang tidak mudah diatasi.
Dia hampir putus asa dan berhenti. Tetapi dia memutuskan untuk meminta pertolongan melalui doa novena di Sendang Jatiningsih.
Segalanya berubah ketika terjadi gempa hebat yang meluluh-lantakkan Yogyakarta. Kisah-kisah mengharukan dia alami. Dia dan seluruh anak buahnya selamat dari bencana. Bahkan bisa membantu para kurban bencana yang menelan banyak kurban.
“Saya ingin bersyukur bersama umat di Lingkungan Jatiningsih dan Romo saya minta memimpin misa syukuran ini. Tuhan memberi lebih dari apa yang saya minta,” pintanya sungguh-sungguh.
Dalam bacaan Injil hari ini kita disodori dua tokoh orang yang beriman. Seorang perempuan yang sudah 12 tahun lamanya menderita sakit pendarahan dan seorang kepala rumah ibadat.
Perempuan itu menunjukkan imannya yang kuat dengan berkata, “asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.”
Ia maju dan mendekati Yesus dari belakang. Ia jamah jubah Yesus dan seketika itu juga berhentilah pendarahannya. Imannya sangat luar biasa.
Kepala rumah ibadat juga percaya, asal Yesus meletakkan tangan atas anaknya yang baru saja meninggal, ia yakin anaknya akan hidup.
Dan benarlah harapan yang disertai iman yang kuat membuat apa yang kita doakan bisa terjadi.
Sabda Yesus juga ditujukan kepada kita, “Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau.”
Perempuan dan kepala rumah ibadat itu sungguh beriman. Dan iman mereka disertai dengan usaha yang kuat.
Bagaimanakah dengan kita? Sungguh berimankah kita kepada Yesus? Maukah kita berusaha dengan keras selain kita berdoa memohon kepada Tuhan?
Ke Parangtritis naik kereta kuda,
Sambil melihat ombak di waktu senja.
Iman yang kuat disertai dengan usaha,
Tuhan akan mengabulkan doa-doa kita.
Cawas, jangan berhenti berdoa