HARI ini, Gereja Katolik merayakan Pesta Santa Perawan Maria Mengunjungi Elisabet (Lukas 1:39-56). Kunjungan itu membuat Elisabet dan bayi yang di dalam rahimnya melonjak kegirangan (Lukas 1:44).
Elisabet merasa amat diberkati atas kunjungan itu dan berkata, “Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?” (Lukas 1:45).
Itu mengungkapkan sikap rendah hati seorang yang telah dipilih untuk mengandung perintis jalan Tuhan (Yohanes Pembaptis).
Santa Perawan Maria yang disebut ibu Tuhan (Lukas 1:45) dan diberkati di antara semua wanita (Lukas 1:42) tidak kalah rendah hati. Kemudian dia melambungkan pujian kepada Tuhan dengan kidung Magnificatnya (Lukas 1:46-55).
Kidung Magnificat menjiwai dan menyempurnakan yang Perawan Maria sampaikan dalam “fiat” (terjadilah kehendak-Mu). Kehendak Tuhan nyata terjadi pada orang-orang yang rendah hati.
Sikap rendah hati itu berbeda dari sikap rendah diri. Yang pertama bersikap objektif melihat realita dan membuat orang mampu melihat karya besar Tuhan. Sedang rendah diri itu subjektif dan mengabaikan karya besar Tuhan dalam diri manusia. Tuhan memilih Elisabet dan Maria, karena mereka itu orang beriman dan rendah hati.
Orang yang rendah diri merasa pesimis dan kecil; kerap kali mudah merasa iri hati. Sedang orang yang rendah hati mampu melihat karya besar dalam dirinya dan sesamaya manusia.
Kunjungan Santa Perawan Maria kepada Elisabet menyampaikan pesan tentang kepada siapa kita mesti menyampaikan pujian. Hanya kepada Tuhanlah pujian, karena Dialah yang sesungguhnya melakukan karya agung.
Di tengah zaman yang diwarnai individualisme yang mengutamakan diri sendiri, orang perlu belajar dari Santa Perawan Maria. Kendati mendapat kepercayaan besar dari Tuhan, dia tidak meninggikan dirinya, melainkan mengagungkan Tuhan (Lukas 1:46-55).
Memang benar, hanya kepada Tuhanlah manusia menyampaikan pujian.
Jumat, 31 Mei 2024
Pesta Santa Perawan Maria Mengunjungi Elisabet
HWDSF