Home BERITA Kerasulan Pastoral Kunjungi dan Menghibur Orang Sakit (1)

Kerasulan Pastoral Kunjungi dan Menghibur Orang Sakit (1)

0
Ilustrasi: Yesus menyembuhkan ibu mertua Petrus by Rembrandt Harmenszoon van Rijn, 1609–1669

MANUSIA adalah mahluk sosial; tidak bisa hidup sendiri tanpa orang lain. Setiap manusia membutuhkan orang lain. Eksistensi atau keberadaan seseorang selalu bertautan erat dengan orang. Setiap orang tidak bisa hidup sebebas-bebasnya sesuai kemauannya, ia selalu mesti memperhatikan keberadaan sesama yang lain.

Itu berarti harmoni sosial antara sesama manusia di ruang publik itu menjadi sebuah keniscayaan. Inilah prinsip-prinsip pokok dalam kehidupan sosial atau kehidupan bersama.

Kendatipun demikian, kita juga tidak bisa mengelak bahwa kesadaran harmoni sosial dalam diri setiap individu sangat beraneka ragam. Kebanyakan manusia masih berkutat pada egoisme kelompoknya masing-masing. Kelompok lain atau komunitas sosial lain masih dipandang dengan kacamata kuda.

Dunia yang terpecah

Kita bisa melihat beberapa fenomena sosial-politik belakangan, semisal konflik yang sudah dan sedang terjadi antara Hamas dan Israel, Ukraina dan Rusia, China dan Taiwan, dan konflik-konflik global lainnya. Konflik-konflik mau menegaskan bahwa kesadaran akan penghargaan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia masih relatif terbatas dalam kalangan manusia kebanyakan.

Ilustrasi: Dampak perang. (Ist)

Tidak ketinggalan tanahair kita ini juga masih menyimpan segudang persoalan yang mesti bersama-sama dengan semangat kebangsaan dan cinta tanahair yang perlu kita entaskan. Masalah soal kemiskinan, korupsi, nepotisme, kolusi, pelanggaran dan penghadangan pembangunan rumah ibadah atau ibadah, fenomena politik adu domba dan lainnya sebagiannya.

Manusia dengan watak cinta konflik dan abai etika damai seperti di atasnya ini menunjukkan sebuah “sakit mental” atau “sakit jiwa” yang mesti kita sembuhkan bersama-sama.

Orang sakit, akan menjadi topik pembahasan kita. Orang sakit ini teramat banyak bentuknya atau jenisnya, untuk itu definisi orang sakit yang akan kita refleksikan sebagai wajah Tuhan yang mesti kita layani adalah mereka yang terbaring di rumah sakit, panti lansia, dan tempat-tempat kumuh lainnya.

Mengenal orang sakit

Siapa itu orang sakit? Pertama-tama kita mesti memahami dulu apa itu orang sakit dan perbedaannya dengan orang sehat. Ada banyak definisi terhadap orang sakit ini, kita akan membedakannya satu per satu di bawah ini.

Pertama, sakit karena mengalami gangguan jiwa (psikis). Orang yang mengalami sakit jiwa biasa kita sebut dengan istilah “orang gila”.

Orang gila atau orang yang gangguan kejiwaan ini adalah mereka yang unsur-unsur kejiwaannya sudah tidak bisa berfungsi lagi secara normal, mereka yang sudah tidak bisa berpikir secara normal, bicara secara masuk akal dan bertindak secara etis. Mereka ini bisa kita jumpai di rumah sakit jiwa, jalan raya, pertokoan, dan pusat-pusat perbelanjaan lainnya,

Kedua, mengalami atau menderita sakit fisik (fisikal) adalah mereka yang mengalami luka atau terpapar suatu penyakit dalam atau luar tubuhnya, bisa karena kecelakaan, gaya hidup yang tidak sehat; makan-minum tidak teratur, istirahat tidak teratur, olahraga tidak teratur, juga karena faktor usia atau genitik yang menyebabkan mereka sakit. Mereka ini bisa kita jumpai di rumah-rumah sakit, pantai jompo, atau kediaman pribadinya.

Ketiga, sakit rohani (spiritual) adalah mereka yang sakit bukan dari aspek fisik atau psikis, melainkan aspek rohani, semisal mereka yang terkena santet atau jebakan dukun, mereka yang kerasukan mahluk halus, dan sebagainya.

Keempat, orang sehat adalah kebalikan dari orang sakit, yakni mereka yang tidak mengalami gangguan jiwa atau sakit pada tubuh dalam dan luarnya. Mereka yang mampu menjalankan aktivitas dan rutinitas secara normal.

Berikut ini hendak kita refleksikan betapa pentingnya solidaritas antara orang sakit dan orang sehat demi menciptakan kehidupan yang harmonis.

Kita akan merefleksikan Tuhan sebagai orang sakit yang mesti kita layani. Untuk itu perlu juga kita melihat relasi dan korelasi antara Yesus Kristus dan orang sakit dalam kitab Suci.

Ilustrasi – Sakit dan mendapat pertolongan. (Ist)

Yesus dan Orang Sakit

Kita sendiri bisa melihat dan mendapatkan bukti dalam Kitab Suci betapa concern -nya Yesus Kristus dalam solidaritas, empati dan simpati dengan orang sakit.

Ada banyak mukjizat besar yang Yesus buat hanya untuk menyembuhkan orang sakit.

  • Orang buta bisa melihat (Yoh. 9:3-5).
  • Orang tuli dan bisa mendengar dan berbicara (Mk. 7:31-37).
  • Orang lumpuh bisa berdiri, berjalan dan berlari (Mt.15:30-31).
  • Orang mati dibangkitkan (Mrk 5:22-24, 35-43; Luk 8:41-42,49-56).
  • Orang kusta ditahirkan (Mk. 1:41).
  • Orang yang kerasukan setan dibebaskan (Mat. 12:22.
  • Banyak orang kecil Ia beri makan (Mat. 15: 32-39, Mark. 8-1-10).
  • Dekat dan bergaul dengan kaum marjinal (kecil, miskin, sakit dan tertindas).

Melalui kisah-kisah mukjizat ini, kita melihat bahwa Yesus selalu tampil sebagai tabib atau dokter baik bagi banyak orang, baik mereka yang sakit fisik atau pun mereka yang sakit psikis. Bahkan mereka yang sakit spiritual, seperti kerasukan roh jahat.

Ilustrasi: Yesus menyembuhkan orang lumpuh di Kapernaum (Bernhard Rode) 1780.

Hal ini sebenarnya telah membuktikan aspek cinta kasih dan kemurahan hati Allah bagi umat-Nya. Kita jumpai bahwa selalu saja dalam membuat mukjizat hati Yesus selalu digetarkan oleh rasa belas kasih yang mendalam, kita selalu menjumpai kata-kata, seperti “maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan.” (Mat. 9:36; 14:14; 20:34; Luk 7:13; 15:20).

Yesus selalu melihat fenomena kehidupan manusia, terlebih fenomena yang memilukan dengan kacamata hati, Ia tidak melulu melihat realitas penderitaan, penindasan, kemiskinan, dan sakit dengan kacamata manusiawi, tetapi lebih dari itu Ia memposisikan diri sebagai Allah Mahamurah, Maharahim, Mahacinta dan Mahakasih.

Ia bersolidaritas, berempati dan bersimpati kepada mereka yang lemah, kecil, miskin, sakit, pendosa atau kaum marjinal yang dianggap sebagai “sampah masyarakat” kala itu.

Jiwa dan teladan belas kasih Yesus Kristus di atas inilah yang sampai dewasa ini senantiasa menginspirasi Gereja untuk selalu berpihak pada mereka yang lemah, kecil, miskin, tertindas, sakit dan sebagainya (option for the poor).

Gereja Katolik dalam Ajaran Sosial Gereja selalu tampil sebagai imam, nabi dan raja bagi dunia berdasarkan keteladanan yang diwariskan oleh Yesus Kristus. (Berlanjut)

Baca juga: Kerasulan Pastoral Kunjungi Orang Sakit: Yesus Tabib dan Representasi Kaum Lemah (2)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version