Home BERITA Keraton Surakarta: Kisah Musisi dari Kalangan Tuna Netra Cong-Cé dan Kerawitan Petengan

Keraton Surakarta: Kisah Musisi dari Kalangan Tuna Netra Cong-Cé dan Kerawitan Petengan

0
Pemain musik penyandang tuna netra masa pemerintahan Pakubuwono X di Keraton Surakarta (Facebook Sejarah Yogyakarta, 25 Oktober 2018)

TERNYATA, para penderita tuna netra mampu lakukan olah rasa dan karsa melalui musik.

Keraton Surakarta pada masa Raja Pakubuwono X memiliki kumpulan pemusik buta dan cacat lainnya. Kumpulan pemusik yang tergabung pada Paguyuban Musik hadrah atau gambus mendapat perhatian dan dibiayai oleh Keraton Surakarta (Facebook Sejarah Yogyakarta, 25 Oktober 2018).

Mengkonfirmasi sejarah penyandang tuna netra memainkan alat musik, Sesawi.Net menghubungi KRT Prayitno, seorang abdi Keraton Surakarta yang tinggal di Sukoharjo, Jawa Tengah. KRT Prayitno menjadi abdi dalem keraton sejak Pakubuwono XII sampai Pakubuwono XIII yang bertahta saat ini. Konfirmasi dilakukan Jumat, 27 Maret 2025.

KRT Prayitno, seorang abdi dalem Keraton Surakarta. (Dok Pribadi)

KRT Prayitno membenarkan catatan sejarah tentang abdi dalem keraton tuna netra memainkan alat musik. Namun yang diketahui secara langsung oleh KRT Prayitno masa Pakubuwono XII.

Menurut KRT Prayitno, penyandang tuna netra oleh keraton didukung membentuk paguyuban keroncong klasik dan paguyuban kerawitan tuna netra.

Cong-Cé dan Kerawitan Petengan
Paguyuban keroncong yang anggotanya penyandang tuna netra akrab dengan sebutan Paguyuban Cong-Cé. Rupanya, nama ini merupakan hasil singkatan Keroncong Mata Pécé alias kaum tuna netra alias buta.

Sedangkan paguyuban kerawitan tuna netra akrab dengan sebutan Kerawitan Petengan. Mengapa disebut Kerawitan Petengan (gelap)? Karena para niaga (penabuh gamelan) dan sinden juga beranggotakan para penyandang tuna netra atau buta.

Selanjutnya KRT mengatakan bahwa Sri Susuhunan Pakubuwono XII gemar mendengarkan Cong-Cé dan Kerawitan Petengan
Mengapa? Karena menurut beliau suara yang dihasilkan dari musik Keroncong Cong-Cé dan Kerawitan Petengan dihasilkan dari olah rasa. Bukan sekedar keterampilan memainkan alat musik.

Swarga (almarhum) Sri Susuhunan Pakubuwono XII senang mendengarkan Cong-Cé yang diundang di Kebon Raja Segaran Taman Sriwedari. Sedangkan pagelaran Kerawitan Petengan digelar di kompleks Keraton Surakarta.

Percaya dan olah rasa
Sri Susuhunan Pakubuwono XII pernah menyampaikan, meskipun petengan (gelap), penyandang cacat dapat mengolah cipta, rasa dan karsa pemberian Sang Pencipta. Sehingga para pemusik keroncong, penabuh gamelan dan sinden, punya kepercayaan diri. Mampu mengolah diri, sehingga mampu membuahkan harmoni musik meskipun dalam keterbatasan “petengan“.

“Saat ini para pemusik dan niaga penyandang tuna netra sudah tiada. Terakhir yang masih hidup Bapak Karno yang tinggal di Langensari Keraton Surakarta, tetapi sudah lanjut usia,” kata KRT Prayitno.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version