Senin 4 Desember 2023
- Yes 2:1-5.
- Mzm 122:1-4a.4b-7.8-9.
- Mat 8:5–11.
KERENDAHAN hati merupakan hal yang gampang untuk diucapkan tetapi sering kali sulit untuk dilakukan.
Terdapat begitu banyak pesan Tuhan mengenai soal kerendahan hati ini. Sepertinya tendensi orang mudah menjadi sombong, ketika kehidupannya mulai menapak sukses bukankah sering kita temui dalam kehidupan ini. Jangan-jangan kita sendiri juga tanpa sadar bersikap seperti itu.
Perhatikanlah di sekeliling kita. Bukankah kita sering melihat orang berubah sikap ketika mereka sedang meningkat? Ada pula sebagian orang yang mengira mereka akan terlihat berwibawa dan berpengaruh jika mereka tampil angkuh penuh kesombongan.
Jika kita hidup dalam kesombongan, tidak saja kita akan dijauhi orang lain, tetapi sesungguhnya kita pun akan bermasalah dengan Tuhan, karena biar bagaimanapun, sikap rendah hati merupakan sebuah keharusan untuk dimiliki oleh orang-orang percaya bukan sikap angkuh dan penuh kesombongan.
“Rasanya malu dengan Romo dan umat lainnya,” kata seorang ibu mengawali kisahnya.
“Saya terlanjur marah dan membuat status di Facebook yang memojokkan Romo dan pengurus gereja serta umat lainnya,” lanjutnya.
“Saya menuduh mereka tidak peduli dengan orangtua saya yang sedang sakit,” ujarnya.
“Dugaan ketidakpedulian mereka terhadap orangtua saya memuncak, ketika orangtua saya meninggal di luar kota dan tidak ada pengurus gereja yang datang,” katanya lagi.
“Belakangan saya baru tahu, bahwa pengurus gereja -bahkan romo- selama orangtua saya sakit cukup peduli dengan mereka,” paparnya.
“Kamu salah menilai, tetangga kita dan teman-teman ibu yang beragama Katolik, selalu datang dan banyak menolong kita,” kata kakak saya.
“Kita mestinya bersyukur bukan malah ngawur menyerang mereka,” tegas kakakku.
“Kamu tidak tahu apa-apa, karena kamu tinggal jauh dan bahkan kamu kurang peduli dengan orangtua kita, bisa-bisanya kamu menyalahkan orang lain,” ujar kakakku dengan keras menegurku.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.”
Perwira Romawi itu datang kepada Yesus bukan dengan keangkuhannya, tetapi ia datang dengan keyakinannya yang besar serta sikap kerendahan hati, yang sangat luar biasa.
Dengan penuh sikap kerendahan hati, perwira Romawi itu, mengakui keterbatasannya dan menyadari bahwa kuasa Yesus melampaui batas-batas manusiawi.
Hal itu dinyatakan dalam perkataannya kepada Yesus mengatakan bahwa dirinya tidak layak untuk menerima kedatangan Yesus di rumahnya, cukup dengan sepatah kata saja, maka hamba kesayangannya akan sembuh.
Apa yang dinyatakan oleh perwira Romawi itu merupakan ungkapan yang mencerminkan sikap kerendahan hati yang mengakui bahwa ia bukanlah siapa-siapa di hadapan Tuhan.
Bagaimana dengan diriku? Apakah aku hidup dengan sikap rendah hati atau kesombongan?